“Hampir setiap hari Ayahku pergi entah kemana dengan alasan yang beragam. Aku sudah hafal maksud kepergian dia itu. Yah, tinggal bersiap-siap saja untuk menyaksikan dia sempoyongan dan bicara aneh-aneh sembari menuju ke kamar mandi – muntah-muntah! Aku coba untuk tidak peduli. Tapi, itu sulit! Gimana ngga peduli coba? Lah dia kan ayahku, bapakku?! Aku kasihan ngelihat Mama… Lagian aku malu punya Bapak kayak dia! Kadang ketika sesekali dia sadar, aku senang sekali… Kuurungkan niatku untuk membunuhnya!”
Seremnyaa… Sampe’ mau dibunuh tuh Bapak oleh anaknya. Hehe. Jangan, ah! Kayak di sinetron-sinetron, ayahnya penyiksa gitu ya… Adakah yang seperti itu?
Helda bilang, ya jelas ada! Yang lebih parah daripada sinetron-sinetron itu juga ada. Tapi, kali ini kita ngga’ akan membahas soal kekerasan dalam rumah tangga, melainkan bagaimana seorang remaja menghadapi orang tua yang tidak menunjukkan teladan. Problem yang kita ambil adalah ayah sebagai kepala keluarga yang suka mabuk-mabukan.
Sebelumnya saya ucapkan bahwa artikel ini tidak bertujuan untuk mendiskreditkan para ayah. Kita tidak boleh pungkiri masih ada dan bahkan banyak ayah yang seperti ini – kecanduan alkohol dan minum-minuman keras!
Marah, kesal, malu, sedih. Argh! Pokoknya campurlah. Tidak dapat dijelaskan oleh kata-kata dan tidak dapat dilukiskan bagaimana rasa kecewa itu begitu mengiris hati.
Apakah ada remaja yang mengalami saat ini? Atau Anda dulu pernah merasakan perasaan kecewa terhadap orang tua yang tidak memberikan teladan? Yang pasti kita tidak sendirian. Ada banyak remaja mengalami hal seperti ini – punya ayah yang kecanduan alkohol dan minuman keras.
“Jadi, Helda, apa yang bisa aku lakukan?”
Perasaan kesal, tidak terima, kecewa, dan sebagainya hanya akan memperkeruh masalah. Apakah kita ingin berdebat dengan si ayah mengenai masalahnya itu? Tentu tidak, bukan!
Pengertianlah yang paling penting di sini. Coba pahami apa penyebabnya ayahmu menjadi pemabuk. Ada orang yang memang terobsesi dengan alkohol, sedangkan yang lainnya mungkin karena pengalaman masa kecil mereka – yang bisa jadi orang tuanya adalah peminum juga.
“Cuman berpengertian saja kan tidak akan menyelesaikan masalah, Hel!”
Yup! Bener banget… Hanya dengan berpengertian saja tidak akan membuat orang tua berubah. Kalau sudah tahu dia seperti itu, maka ini adalaha saatnya kita (para remaja) berperanan sesuai dengan apa yang bisa kita lakukan.
Rasa kesal kamu itu pastinya karena ingin seperti anak-anak lain. Mereka bisa bercengkerama dengan ayahnya, bisa tertawa… Wuih! Sesuatu yang hampir sangat jarang akan kita rasakan jika punya ayah yang tidak punya teladan. Kalau sudah begitu… Apakah kita akan tetap berkeras?
Saya pernah membaca suatu ilustrasi seperti ini:
“Jika orang tuamu kecelakaan karena ulahnya sendiri dan dia menjadi cacat atau patah tulang, apakah kamu akan menuntut dia untuk bermain bola bersamamu?”
Kita pasti jawab, tidak! Untuk apa mengharap yang tidak-tidak, bukankah hanya akan menguras tenaga dan pikiran kita?
Bukan berarti kita tidak peduli terhadap keadaan orang tua kita, tetapi tidaklah etis kita sebagai anak harus merasa bertanggung jawab atas apa yang akan dia lakukan. Ketika dia dalam keadaan sadar, tetap coba untuk menganjurkan dia agar berkonsultasi mengenai problemnya tersebut dengan orang yang mengerti ataupun dokter. Namun, ketika suasana sedang panas, jangan pernah ikut campur! Sebisa mungkin menghindarlah.
Sekarang saatnya untuk membenahi diri kita menjadi lebih baik dan lebih baik. Kalau kita tidak punya orang tua (baca: ayah) yang dapat memenuhi kebutuhan emosi kita, kenapa tidak mencari pergaulan yang dapat membina? Banyak orang lain yang peduli terhadap kita. Dan, ini bisa menjadi bahan pembelajaran buat kita untuk menjadi remaja yang dewasa.
Ya! Dewasa. Remaja yang dewasa – walau dia memiliki ayah yang suka mabuk-mabukan atau melakukan perbuataan tercela lainnya, pasti akan tetap merespek si ayah. Merespek dalam artian tetap melakukan apa yang dikatakan orang tuanya selama itu tidak melanggar norma. Yang dibenci bukanlah si ayah, tetapi perilakunya.
Be stronger!
(http://helda.info/2009/03/ayahku-seorang-pemabuk/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar