Dalam beberapa hari terakhir Indonesia dihebohkan dengan pemberitaan tentang minuman keras (miras) yang bernama cukrik.
Sebelumnya memang nama cukrik tak begitu tenar di telinga masyarakat.
Namun setelah adanya korban, si cukrik menjadi ‘naik daun’ di kalangan
para awak media.
Kabar terbaru menyebutkan bahwa selama 6
hari terakhir cukrik telah memakan korban sebanyak 17 jiwa di wilayah
Surabaya dan sekitarnya. Apa yang menyebabkan cukrik begitu mematikan?
Budaya minum-minuman keras sudah ada
sejak dulu ketika Indonesia masih bernama Nusantara, dan hingga kini
tradisi minum-minuman keras ini kian mengakar yang selanjutnya sudah
menjadi kebiasaan.
Miras dibuat melalui fermentasi,
walaupun dibuat dengan cara yang sama, namun di Indonesia sendiri
minuman keras yang ada memiliki julukan yang berbeda-beda di setiap
daerahnya. Seperti Lapen di Yogyakarta, Ciu di Solo, Arak Bali di Bali, Cap Tikus di Papua, dan Cukrik di Surabaya.
Selain cukrik, minuman-minuman keras
tersebut diolah dengan memanfaatkan bahan makanan yang layak dari
masing-masing daerah. Namun tidak untuk cukrik, cukrik yang dikenal
dengan sebutan Arak Jawa ini ternyata mengandung bahan-bahan oplosan
yang berbahaya yang digunakan untuk menambah kadar alkohol agar lebih
tinggi.
“Warnanya itu benar-benar bening seperti
air putih biasa tapi baunya sangat menyengat, dulu sekitar tahun 2000an
saya pernah ngrasain cukrik itu sama teman-teman dan rasanya di dada
panas banget ga seperti yang lainnya (miras lain -red),” kata Robin
(nama disamarkan) salah satu warga Tangerang yang pernah minum cukrik,
kepada proliman.com.
Beberapa spekulasi menyebutkan bahwa
campuran yang dimasukkan ke dalam cukrik pada tahun-tahun sebelumnya
berbeda dengan yang sekarang. Bahan alkohol atau etanol, telah diganti
dengan metanol atau spirtus. Cairan spirtus jika diminum akan
menimbulkan efek racun bagi tubuh dan bahkan bisa merusak fungsi
organ-organ penting di tubuh. Itu sebabnya mengapa cukrik begitu
mematikan bagi yang mengkonsumsinya. [http://proliman.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar