L.I.A.M Charitable Fund yang menggandeng Forum Diskusi
(Fordis) Jatim berusaha memberikan edukasi ke masyarakat Indonesia,
khususnya di Bali dan Lombok, tentang bahaya Miras oplosan. Sebab di
Indonesia, setiap daerah memiliki budaya dan Miras masing-masing sesuai
ciri khas daerahnya.
Bahaya yang dimaksud adalah bahan Miras oplosan yang mengandung
Methanol, bahan kimia yang berbahaya dan mematikan bagi tubuh. Methanol
itu mengandung kadar racun yang sangat tinggi bagi tubuh. Takaran kecil
sebanyak 30 ml saja, sudah cukup mematikan bagi orang dewasa.
Berkaca pada kasus kematian akibat Miras oplosan (Keracunan Methanol)
yang menimpa Liam Davies (19), warga Australia, pada 5 Januari 2013,
membuat orangtuanya, Tim Davies bergerak menjalankan penggalangan amal
L.I.A.M.
Hal ini untuk mengatasi masalah Miras oplosan dan mencegah korban
tidak berdosa lain di masa mendatang akibat keracunan Methanol.
Menurut Tim Davies yang menjadi pembicara pada Diskusi Jurnalis,
'Bahaya Miras Oplosan, Studi Kasus dan Pendekatan Hukum' dengan
moderator Ketua PWI Jatim Akhmad Munir menegaskan, tujuan L.I.A.M untuk
menghentikan produksi alkohol palsu dan ilegal, pendidikan dan
peningkatan kesadaran, penyelamatan nyawa serta pengembangan.
Tim Davies semenjak kematian anaknya langsung bergerak
mengkampanyekan bahaya Miras oplosan. Alhasil dalam waktu 10 bulan,
L.I.A.M sudah mampu memberikan bantuan ke beberapa rumah sakit di Bali
dan Lombok.
"Kita tak ingin mematikan usaha tradisional warga, namun jika ini
dibiarkan akan merusak dunia pariwisata Bali dan Lombok. Sebab sudah ada
negara luar yang melarang warganya untuk minum Miras di dua kawasan
wisata tersebut. Itu pun bisa mempengaruhi pendapatan wisatanya," jelas
Tim Davies.
Tim menegaskan, anaknya yang jelas-jelas keracunan Miras, justru
terjadi salah diagnosa dari dokter di RS Harapan Keluarga Lombok.
"Liam divonis menderita tumor otak, padahal dia mengalami koma
setelah menenggak miras yang awalnya dianggap sebagai vodka murni
dicampur lemon di Rudy's Bar, Gili Tawangan, Lombok. Setelah 20 jam,
pihak keluarga lalu mengirim Liam ke Australia untuk ditangani lebih
lanjut. Sayang, alat hemodialisis (Cuci darah, red) yang digunakan untuk
mengatasi keracunan Methanol, gagal. Liam pun tewas," ujar Tim Davies
yang bercerita sampai menitikkan air matanya.
Dari situlah Tim Davies tak ingin ada jatuh korban lagi, seperti
anaknya. Tim ingin masyarakat paham tentang bahaya itu sehingga tak
sembarangan menenggak Miras oplosoan.
Sementara Prof Dr Laurentius Dyson, ahli antropologi Unair
mengatakan, masalah Miras di Indonesia ini sudah jadi tradisi. Bahkan
ada ritual keagamaan yang didahului dengan menenggak Miras.
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Paidi Prawirorejo
menegaskan, kematian akibat Miras oplosan ilegal tak ada payung
hulkumnya. Tentu saja hal itu sulit dilakukan penuntutan.(http://m.centroone.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar