19 Juni 2014

Moke & Sopi

Minuman Keras (miras) lokal NTT yang dikenal dengan nama “Sopi” atau “Moke” dinyatakan sebagai miras golongan C karena memiliki kandungan alkohol sekitar 22-55% oleh Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya pada acara Penyuluhan, pencegahan peredaran penggunaan Minuman Keras dan Narkoba di Kupang tanggal 09-09-2009.
Beliau menambahkan, sekitar 70% penduduk NTT bermatapencaharian sebagai petani, dari total 70% tersebut sekitar 15% hidup sebagai penghasil miras. Para petani penghasil miras ini kadang merasa terhambat dalam usahanya karena sering berhadapan dengan aparat hukum.
Untuk menjembatani dua kepentingan tersebut Gubernur mengusulkan agar Dinas Perindag dapat mencermati hal ini dan mencari jalan keluar yang tepat, misalnya dengan mengatur tata niaga miras lokal tersebut.


MOKE.....nama yang khas dengan penduduk Maumere. Sepintas para pehlawan kesehatan mungkin langsung akan mengritik dan mencibir arak khas Maumere ini. Moke merupakan hasil olahan minuman beralkohol yang khas Maumere dan kalau mau dibilang, kenikmatannya khas.
Moke diolah dari sari enau atau tuak. Biasanya dimasak di rumah-rumah khusus atau pendopo-pendopo di kebun-kebun milik warga secara tradisional dengan pengetahuan turun-temurun.
Moke bernilai sosial dan bisa menjadi wahana pemersatu warga dan juga keluarga-keluarga yang mungkin berseteru. Namun, di samping itu moke yang kebanyakan dikonsumsi bisa merangsang orang untuk mengkhianati dunia sosialnya dalam keadaan tak sadar bahkan menghancurkan semua bangunan komunikasi yang sudah dibangun.
Moke bernilai Ekonomis. Masyarakat bisa menambah penghasilan rumah tangganya dengan bisnis moke kecil-kecilan. Namun, moke juga bisa membawa kehancuran ekonomis bagi orang yang terlalu banyak mengkonsumsinya. Orang yang kecanduan hanya akan berpikir untuk membeli moke dan terus membeli moke.
Moke membantu identifikasi diri individu dewasa. Setiap pemuda dewasa pasti menegak secangkir-dua Moke dalam urusan-urusan adat dan dengan demikian bisa mengambil bagian secara penuh dalam kultur. Serentak Moke juga menjadi sarana yang dibawa dalam penyelesaian berbagai persoalan dalam adat-istiadat orang Sikka bahkan Flores dan NTT umumnya.
Beberapa tempat moke yang direferensi penulis di daerah Sikka: Moke Hokor, berasal dari wilayah sekitar Hokor, Pomat dan arah Selatan-Timur Kabupaten Sikka. Wilayah-wilayah ini masuk dalam kecamatan Bola. Moke Wairhubing, beberapa ratus meter sesudah terminal Barat Kota Maumere, dekat dengan Lokaria dan Depot Pertamina Bolawolon. Moke yang diolah di sini bisa diramu lagi dengan beberapa ramuan tradisional semisal ginseng, kerangka anak rusa, tangkur buaya dan lain-lain tergantung apa-adanya. Moke Kubu wilayah Nita, Koting, Nele, Tebuk, Bloro dan Kei. Moke jenis ini dimasak di kebun-kebun dan tempat minumnya berupa tempurung yang bocor bagian bawahnya sehingga setiap orang yang ingin menikmati hangatnya moke bisa langsung meminum sebelum isi dalam tempurung habis.
Moke mungkin tidak bisa dilepaspisahkan dari kultur Sikka dan NTT umumnya. Yang bisa dibuat adalah meningkatkan kontrol diri dan kewaspadaan ketika minum moke.
Jika anda ke Maumere, jangan lupa minum moke. Cukup setengah gelas saja, biar anda bisa menjadi saudara/i orang Maumere yang penuh hospitalitas itu. (http://econkwahangxtmmof.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar