by Cindy Lestari, dr. Kesehatan Umum
Siapa yang tidak kenal dengan minuman itu? Salah satu
minuman yang merupakan minuman wajib bagi masyarakat Eropa pada pertemuan atau
pesta. Di Indonesia sendiri, sudah mulai banyak penggunaan alcohol pada pesta
pernikahan maupun di restoran-restoran. Memang, meminum alkohol bukanlah hal
yang buruk. Bahkan ada penelitian yang mengatakan alcohol dalam jumlah sedikit
dapat menyehatkan tubuh. Tetapi bagaimana jika seseorang tidak bisa mengontrol
keinginan untuk minum? Bagaimana jika seseorang justru dikuasai oleh alcohol?
Dan mengapa ada orang yang tidak kecanduan, sementara orang lainnya kecanduan?
Yuk, mari kita kupas satu-satu mengenai kecanduan alkohol.
KECANDUAN ALKOHOL, ALIAS ALKOHOLISME!
Kecanduan alcohol, dikenal dengan nama alkoholisme,
merupakan suatu kelainan yang melibatkan interaksi dari faktor genetik,
biologik, dan sosiokultural. Alkoholisme sendiri dapat diartikan sebagai
kekacauan dan kerusakan kepribadian karena keinginan untuk minum yang bersifat
kompulsif. Akibatnya, penderita akan minum minuman beralkohol secara berlebihan
dan menjadi kebiasaan. Penderita tidak dapat mengendalikan keinginan untuk
minum sehingga tidak mampu berpantang. Selain itu, penderita merasa tidak dapat
hidup tanpa minuman. Hampir 8% orang dewasa di Amerika Serikat memiliki masalah
dalam penggunaan alkohol. Pria 4 kali lebih sering menjadi alkoholik (pecandu
alkohol) dibandingkan wanita. Tingkat resiko untuk mengalami alkoholisme adalah
10-15% pada pria dan 5-8% pada wanita. Biasanya, seseorang mengalami kecanduan
pertama kali pada karena usia dewasa muda, diikuti oleh periode eksaserbasi dan
remisi. Selain alkoholisme, ada juga istilah alcohol abuse, yakni masalah
berulang dengan alkohol pada empat faktor (hubungan dengan diri sendiri dan
orang lain, hukum, dan pekerjaan). Contohnya adalah penggunaan berulang pada
situasi membahayakan seperti mengemudi dalam keadaan mabuk. O ya, tidak selalu
penderita alcohol abuse adalah seorang alkoholisme lho!.
BAGAIMANA MENDETEKSI SESEORANG KECANDUAN?
Untuk mendeteksi apakah seseorang termasuk
alkoholisme, tes yang diakui adalah AUDIT (The
Alcohol Use Disorders Identification Test – Tes Identifikasi Penggunaan
Alkohol yang Di Luar Batas Kewajaran). Tes ini digunakan untuk menentukan
apakah seseorang sudah dapat disebut menderita alkoholisme. Selain itu, ada lab
tertentu yang dapat digunakan untuk mendeteksi alkoholisme. Tes darah dengan
sensitivitas dan spesifisitas antara 70-80 % menggunakan GGT (glutamyl
transferase) > 35 U atau CDT (carbohydrate-deficient transferring) > 20
U/L. Disarankan untuk digunakan kombinasi dari keduanya, karena seringkali
lebih akurat daripada sendiri-sendiri. Ada beberapa tes laboratorium lain yang
mengarah pada alkoholisme, tetapi dua di ataslah yang paling spesifik.
MENGAPA SESEORANG BISA TERJEBAK?
Berdasarkan statistik, dari 100 orang yang meminum
alkohol, sekitar 10 orang akan menjadi pecandu. Dalam hal ini, alkoholisme
memiliki angka kejadian yang paling tinggi di antara pecandu zat lainnya.
Penyebab alkoholisme sendiri tidak sepenuhnya diketahui. Tentu saja, sebelum
seseorang kecanduan, tentunya dia harus mengkonsumsi alcohol secara rutin.
Tetapi penggunaan alcohol secara rutin bukan satu- satunya faktor resiko.
Beberapa faktor resiko lain meliputi : Riwayat alkoholisme pada suatu keluarga
(ada anggota keluarga yang juga senang minum alkohol/alkoholisme). Pengaruh
genetik, dibuktikan dari salah satu penelitian yang membuktikan bahwa
alkoholisme lebih sering diderita para anak-anak pecandu dari pada anak-anak
yang diadopsi. Latar belakang dan kepribadian tertentu. Pecandu sering berasal
dari keluarga broken home atau hubungan dengan orang tua kurang harmonis.
Faktor psikologis. Beberapa orang minum alkohol untuk menghilangkan atau
membebaskan diri dari kecemasan, depresi, tegangan, kesendirian, keragu-raguan
diri atau ketidakbahagiaan. Pecandu alkohol cenderung merasa terisolasi,
sendiri, malu, depresi atau bermusuhan. Mereka biasa memamerkan perilaku
perusakan diri, dan mungkin secara seksual tidak dewasa.
EFEK ALKOHOL TERHADAP TUBUH
Penggunaan alkohol secara berlebih-lebihan akan
menyebabkan timbulnya gangguan psikis dan jasmani. Gangguan psikis akan dibahas
tersendiri, jadi kali ini kita akan membahas tentang gangguan jasmani saja.
Gambar di bawah dapat menjelaskan bagaimana alcohol mempengaruhi tubuh kita.
Otak – Meminum alcohol menyebabkan hilangnya koordinasi tubuh, hilangnya akal
sehat, reflex ynag melambat, visi yang terganggu, hilangnya daya ingat, dan
bahkan amnesia ringan. Jantung - Meminum alcohol dapat menyebabkan tekanan
darah meningkat, meningkatkan detak jantung, menyebabkan jantung berdetak
abnormal. Dapat terjadi juga pembesaran jantung. Perut - Alkohol dapat
meningkatkan berat badan. Jika minum berlebihan, alcohol meracuni tubuh,
sehingga akan menyebabkan muntah. Selain itu, mengkonsumsi alcohol menyebabkan
luka pada lambung dan kanker saluran pencernaan. Hati - Meminum alcohol dapat
menyebabkan penyakit seperti gagal hati, hepatitis atau bahkan kanker hati.
Selain itu, alcohol melemahkan kemampuan hati untuk menetralkan racun dan menurunkan
imunitas tubuh. Reproduksi - Pada wanita, konsumsi ringan dapat menyebabkan
nyeri yang bertambah hebat menjelang menstruasi dan rasa tidak nyaman. Dapat
juga terjadi siklus haid yang tidak teratur. Pada pria, alcohol dapat
menyebabkan disfungsi ereksi yang mengarah pada impotensi. Selain itu, alcohol
meningkatkan resiko untuk mengalami hubungan seksual yang tidak sehat dan
meningkatkan resiko penyakit menular seksual.
YUK, MELEPASKAN DIRI DARI KECANDUAN!
Harapan untuk sembuh dari alkoholisme sebenarnya
sangat tinggi. Setelah terapi, kurang lebih setengah sampai dua pertiga pasien
mampu untuk tidak mengkonsumsi alcohol lagi untuk jangka waktu panjang. Jika
tetap meminum alcohol, usia hidup akan berkurang kurang lebih 10-15 tahun
karena resiko tinggi untuk mengalami payah jantung, kanker, kecelakaan, atau
bunuh diri. Terapi utama bagi penderita alkoholisme adalah rehabilitasi. Ada
beberapa langkah yang perlu ditempuh, yakni : 1. Pertama, pencandu sendiri
perlu berkomitmen untuk mempertahankan motivasi agar tetap absen dari alkohol.
Setelah memutuskan untuk berhenti, tentunya dapat dibuat rencana-rencana untuk
menjalankan keputusan tersebut. Hal ini meliputi edukasi tentang alkoholisme
dan mengajar pada keluarga atau teman untuk menghentikan melindungi pecandu
dari masalah-masalah yang diakibatkan alkoholisme. 2. Membantu pasien untuk
berpikir bahwa ia mampu hidup tanpa alcohol dan menata kembali gaya hidupnya
melalui konseling, rehabilitasi vocational, dan grup Ć¢€˜bantu diri sendiriĆ¢€™
seperti Alcoholic Anonymous. Hubungi atau lakukan kontak dengan
organisasi/kelompok atau lembaga konsultasi nasional ketergantungan alkohol dan
obat. Mereka dapat memberikan kepada anda perangkat dan dukungan yang anda
butuhkan untuk berhenti dari alkoholisme. 3. Komponen ketiga, dikatakan sebagai
pencegahan jika kambuh, yakni membantu seseorang untuk memikirkan situasi
dimana adanya kemungkinan untuk kembali minum, lalu menyusun rencana untuk
mengatasi resiko tersebut, dan mengembangkan strategi agar kemungkinan untuk kembali
ke sana kecil.
TIPS EFEKTIF DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI!
1. Hilangkan minuman keras dari sekitar pecandu. Jik
ingin memenangkan pertempuran, penting sekali untuk menghindari minuman keras.
Tidak ada gunanya menyatakan akan berhenti minum jika masih memiliki persediaan
minuman keras.
2. Pergaulan yang buruk merusak kebiasan yang baik.
Karena itu, jauhi teman-teman yang masih minum minuman keras. Mungkin sekali
seorang pecandu terpengaruh untuk meminum minuman keras karena pergaulan.
3. Carilah kesibukan untuk diri anda. Coba dan
libatkanlah diri anda dalam kegiatan-kegiatan yang positif.
4. Libatkan keluarga dan sahabat. Jangan mencoba untuk
berhenti sendiri, biarkan orang lain ikut membantu. Terapi berkelompok pun
telah terbukti lebih efektif dibandingkan terapi seorang diri.
OBAT TERNYATA BISA MEMBANTU JUGA LHO!
Selain dengan konseling dan rehabilitasi, dapat
digunakan beberapa obat untuk membantu mengatasi alcoholisme. Biasanya medikasi
dilakukan antara 6-12 bulan jika dilihat adanya respons positif. Berikut adalah
obat-obat yang dapat membantu mengatasi alkoholisme.
1. Antagonis-opioid yakni naltreksone, menurunkan
probabilitas dari keinginan untuk kembali minum dan memperkecil periode kambuh.
SUntikan setiap bulan bahkan dapat mencegah komplikasi yang terjadi. Cara kerja
naltrekson adalah Naltrekson mengubah efek alkohol pada endorfin tertentu di
otak, sehingga keinginan untuk minum alcohol dapat ditekan.
2. Acamprosate, suatu inhibitor reseptor
N-metil-D-aspartat, dapat digunakan; efeknya sama dengan naltrekson.
3. Disulfiram, inhibitor aldehide dehidrogenase,
menghasilkan rasa tidak enak dan rasa tidak nyaman yang timbul dalam tubuh jika
meminum alcohol. Efek yang terjadi adalah kemerahan pada wajah, sakit kepala
berdenyut, denyut jantung yang cepat, pernafasan cepat dan berkeringat dalam
waktu 5-15 menit setelah minum alkohol, diikuti mual dan muntah 30-60 menit
kemudian. Reaksi ini terjadi selama 1-3 jam. Timbulnya reaksi tersebut sangat
menyiksa, sehingga pecandu memilih menghindari alkohol. Obat ini hanya diminum
setelah beberapa hari tidak minum alkohol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar