30 Januari 2015

Kecanduan Alkohol: Apakah Anda Mengalaminya?



by Cindy Lestari, dr. Kesehatan Umum

Siapa yang tidak kenal dengan minuman itu? Salah satu minuman yang merupakan minuman wajib bagi masyarakat Eropa pada pertemuan atau pesta. Di Indonesia sendiri, sudah mulai banyak penggunaan alcohol pada pesta pernikahan maupun di restoran-restoran. Memang, meminum alkohol bukanlah hal yang buruk. Bahkan ada penelitian yang mengatakan alcohol dalam jumlah sedikit dapat menyehatkan tubuh. Tetapi bagaimana jika seseorang tidak bisa mengontrol keinginan untuk minum? Bagaimana jika seseorang justru dikuasai oleh alcohol? Dan mengapa ada orang yang tidak kecanduan, sementara orang lainnya kecanduan? Yuk, mari kita kupas satu-satu mengenai kecanduan alkohol.

KECANDUAN ALKOHOL, ALIAS ALKOHOLISME!
Kecanduan alcohol, dikenal dengan nama alkoholisme, merupakan suatu kelainan yang melibatkan interaksi dari faktor genetik, biologik, dan sosiokultural. Alkoholisme sendiri dapat diartikan sebagai kekacauan dan kerusakan kepribadian karena keinginan untuk minum yang bersifat kompulsif. Akibatnya, penderita akan minum minuman beralkohol secara berlebihan dan menjadi kebiasaan. Penderita tidak dapat mengendalikan keinginan untuk minum sehingga tidak mampu berpantang. Selain itu, penderita merasa tidak dapat hidup tanpa minuman. Hampir 8% orang dewasa di Amerika Serikat memiliki masalah dalam penggunaan alkohol. Pria 4 kali lebih sering menjadi alkoholik (pecandu alkohol) dibandingkan wanita. Tingkat resiko untuk mengalami alkoholisme adalah 10-15% pada pria dan 5-8% pada wanita. Biasanya, seseorang mengalami kecanduan pertama kali pada karena usia dewasa muda, diikuti oleh periode eksaserbasi dan remisi. Selain alkoholisme, ada juga istilah alcohol abuse, yakni masalah berulang dengan alkohol pada empat faktor (hubungan dengan diri sendiri dan orang lain, hukum, dan pekerjaan). Contohnya adalah penggunaan berulang pada situasi membahayakan seperti mengemudi dalam keadaan mabuk. O ya, tidak selalu penderita alcohol abuse adalah seorang alkoholisme lho!.

BAGAIMANA MENDETEKSI SESEORANG KECANDUAN?
Untuk mendeteksi apakah seseorang termasuk alkoholisme, tes yang diakui adalah AUDIT (The Alcohol Use Disorders Identification Test – Tes Identifikasi Penggunaan Alkohol yang Di Luar Batas Kewajaran). Tes ini digunakan untuk menentukan apakah seseorang sudah dapat disebut menderita alkoholisme. Selain itu, ada lab tertentu yang dapat digunakan untuk mendeteksi alkoholisme. Tes darah dengan sensitivitas dan spesifisitas antara 70-80 % menggunakan GGT (glutamyl transferase) > 35 U atau CDT (carbohydrate-deficient transferring) > 20 U/L. Disarankan untuk digunakan kombinasi dari keduanya, karena seringkali lebih akurat daripada sendiri-sendiri. Ada beberapa tes laboratorium lain yang mengarah pada alkoholisme, tetapi dua di ataslah yang paling spesifik.

MENGAPA SESEORANG BISA TERJEBAK?
Berdasarkan statistik, dari 100 orang yang meminum alkohol, sekitar 10 orang akan menjadi pecandu. Dalam hal ini, alkoholisme memiliki angka kejadian yang paling tinggi di antara pecandu zat lainnya. Penyebab alkoholisme sendiri tidak sepenuhnya diketahui. Tentu saja, sebelum seseorang kecanduan, tentunya dia harus mengkonsumsi alcohol secara rutin. Tetapi penggunaan alcohol secara rutin bukan satu- satunya faktor resiko. Beberapa faktor resiko lain meliputi : Riwayat alkoholisme pada suatu keluarga (ada anggota keluarga yang juga senang minum alkohol/alkoholisme). Pengaruh genetik, dibuktikan dari salah satu penelitian yang membuktikan bahwa alkoholisme lebih sering diderita para anak-anak pecandu dari pada anak-anak yang diadopsi. Latar belakang dan kepribadian tertentu. Pecandu sering berasal dari keluarga broken home atau hubungan dengan orang tua kurang harmonis. Faktor psikologis. Beberapa orang minum alkohol untuk menghilangkan atau membebaskan diri dari kecemasan, depresi, tegangan, kesendirian, keragu-raguan diri atau ketidakbahagiaan. Pecandu alkohol cenderung merasa terisolasi, sendiri, malu, depresi atau bermusuhan. Mereka biasa memamerkan perilaku perusakan diri, dan mungkin secara seksual tidak dewasa.

EFEK ALKOHOL TERHADAP TUBUH
Penggunaan alkohol secara berlebih-lebihan akan menyebabkan timbulnya gangguan psikis dan jasmani. Gangguan psikis akan dibahas tersendiri, jadi kali ini kita akan membahas tentang gangguan jasmani saja. Gambar di bawah dapat menjelaskan bagaimana alcohol mempengaruhi tubuh kita. Otak – Meminum alcohol menyebabkan hilangnya koordinasi tubuh, hilangnya akal sehat, reflex ynag melambat, visi yang terganggu, hilangnya daya ingat, dan bahkan amnesia ringan. Jantung - Meminum alcohol dapat menyebabkan tekanan darah meningkat, meningkatkan detak jantung, menyebabkan jantung berdetak abnormal. Dapat terjadi juga pembesaran jantung. Perut - Alkohol dapat meningkatkan berat badan. Jika minum berlebihan, alcohol meracuni tubuh, sehingga akan menyebabkan muntah. Selain itu, mengkonsumsi alcohol menyebabkan luka pada lambung dan kanker saluran pencernaan. Hati - Meminum alcohol dapat menyebabkan penyakit seperti gagal hati, hepatitis atau bahkan kanker hati. Selain itu, alcohol melemahkan kemampuan hati untuk menetralkan racun dan menurunkan imunitas tubuh. Reproduksi - Pada wanita, konsumsi ringan dapat menyebabkan nyeri yang bertambah hebat menjelang menstruasi dan rasa tidak nyaman. Dapat juga terjadi siklus haid yang tidak teratur. Pada pria, alcohol dapat menyebabkan disfungsi ereksi yang mengarah pada impotensi. Selain itu, alcohol meningkatkan resiko untuk mengalami hubungan seksual yang tidak sehat dan meningkatkan resiko penyakit menular seksual.

YUK, MELEPASKAN DIRI DARI KECANDUAN!
Harapan untuk sembuh dari alkoholisme sebenarnya sangat tinggi. Setelah terapi, kurang lebih setengah sampai dua pertiga pasien mampu untuk tidak mengkonsumsi alcohol lagi untuk jangka waktu panjang. Jika tetap meminum alcohol, usia hidup akan berkurang kurang lebih 10-15 tahun karena resiko tinggi untuk mengalami payah jantung, kanker, kecelakaan, atau bunuh diri. Terapi utama bagi penderita alkoholisme adalah rehabilitasi. Ada beberapa langkah yang perlu ditempuh, yakni : 1. Pertama, pencandu sendiri perlu berkomitmen untuk mempertahankan motivasi agar tetap absen dari alkohol. Setelah memutuskan untuk berhenti, tentunya dapat dibuat rencana-rencana untuk menjalankan keputusan tersebut. Hal ini meliputi edukasi tentang alkoholisme dan mengajar pada keluarga atau teman untuk menghentikan melindungi pecandu dari masalah-masalah yang diakibatkan alkoholisme. 2. Membantu pasien untuk berpikir bahwa ia mampu hidup tanpa alcohol dan menata kembali gaya hidupnya melalui konseling, rehabilitasi vocational, dan grup Ć¢€˜bantu diri sendiriĆ¢€™ seperti Alcoholic Anonymous. Hubungi atau lakukan kontak dengan organisasi/kelompok atau lembaga konsultasi nasional ketergantungan alkohol dan obat. Mereka dapat memberikan kepada anda perangkat dan dukungan yang anda butuhkan untuk berhenti dari alkoholisme. 3. Komponen ketiga, dikatakan sebagai pencegahan jika kambuh, yakni membantu seseorang untuk memikirkan situasi dimana adanya kemungkinan untuk kembali minum, lalu menyusun rencana untuk mengatasi resiko tersebut, dan mengembangkan strategi agar kemungkinan untuk kembali ke sana kecil.

TIPS EFEKTIF DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI!
1. Hilangkan minuman keras dari sekitar pecandu. Jik ingin memenangkan pertempuran, penting sekali untuk menghindari minuman keras. Tidak ada gunanya menyatakan akan berhenti minum jika masih memiliki persediaan minuman keras.
2. Pergaulan yang buruk merusak kebiasan yang baik. Karena itu, jauhi teman-teman yang masih minum minuman keras. Mungkin sekali seorang pecandu terpengaruh untuk meminum minuman keras karena pergaulan.
3. Carilah kesibukan untuk diri anda. Coba dan libatkanlah diri anda dalam kegiatan-kegiatan yang positif.
4. Libatkan keluarga dan sahabat. Jangan mencoba untuk berhenti sendiri, biarkan orang lain ikut membantu. Terapi berkelompok pun telah terbukti lebih efektif dibandingkan terapi seorang diri.

OBAT TERNYATA BISA MEMBANTU JUGA LHO!
Selain dengan konseling dan rehabilitasi, dapat digunakan beberapa obat untuk membantu mengatasi alcoholisme. Biasanya medikasi dilakukan antara 6-12 bulan jika dilihat adanya respons positif. Berikut adalah obat-obat yang dapat membantu mengatasi alkoholisme.
1. Antagonis-opioid yakni naltreksone, menurunkan probabilitas dari keinginan untuk kembali minum dan memperkecil periode kambuh. SUntikan setiap bulan bahkan dapat mencegah komplikasi yang terjadi. Cara kerja naltrekson adalah Naltrekson mengubah efek alkohol pada endorfin tertentu di otak, sehingga keinginan untuk minum alcohol dapat ditekan.
2. Acamprosate, suatu inhibitor reseptor N-metil-D-aspartat, dapat digunakan; efeknya sama dengan naltrekson.
3. Disulfiram, inhibitor aldehide dehidrogenase, menghasilkan rasa tidak enak dan rasa tidak nyaman yang timbul dalam tubuh jika meminum alcohol. Efek yang terjadi adalah kemerahan pada wajah, sakit kepala berdenyut, denyut jantung yang cepat, pernafasan cepat dan berkeringat dalam waktu 5-15 menit setelah minum alkohol, diikuti mual dan muntah 30-60 menit kemudian. Reaksi ini terjadi selama 1-3 jam. Timbulnya reaksi tersebut sangat menyiksa, sehingga pecandu memilih menghindari alkohol. Obat ini hanya diminum setelah beberapa hari tidak minum alkohol.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar