Tribun Bali
Janin monyet bahan baku yang ditemukan di dalam arak ekstrem buatan Putu Arsa.
Tuak, jenis minuman tradisional yang mudah didapatkan di Desa Tenganan, Pengringsingan, Karangasem, Bali. Setiap pagi, banyak masyarakat memanen tuak di hutan di utara desa.
Belasan liter tuak tersebut akan diambil pengepul dari Denpasar, atau beberapa daerah lain. Bukan hanya tuak, minuman jenis arak juga sudah lazim diminum di desa yang termasuk satu dari tiga desa Bali Aga tersebut.
Namun satu minuman jenis arak yang ditemui Tribun Bali di salah satu rumah warga Desa Tenganan tergolong ekstrim. Arak tersebut berisi janin binatang dan jenis tumbuhan seperti akar pohon dan gingseng.
Binatang tenggiling satu dari sekian bahan baku arak ekstrem buatan Putu Arsa.
Seorang warga bernama Putu Arsa memilikinya. Sebuah botol kaca berisi berbentuk bola berdiameter sekitar 20 sentimeter miliknya berisi arak berikut janin-janin binatang.“Isinya ada janin tenggiling, janin monyet, kuda laut, daging ikan paus, dan lain-lain,” ujar Putu Arsa saat ditemui Tribun Bali, Senin (9/6/2015) di rumahnya. Semua bahan-bahan itu didapatkannya sejak 2007 silam.
“Tidak bisa mencari ini. Ini bahan-bahannya tidak sengaja
mencari, namun kebetulan saja. Jadi kalau ada orang yang berburu, lalu
kebetulan ada yang sedang hamil, saya ambil itu,” ujarnya.
Namun arak itu sudah beberapa tahun lalu. Saat ini, berburu sudah dilarang di hutan Desa tenganan. Selain janin binatang, beberapa bahan dari tanaman seperti gingseng juga dimasukkan ke dalam minuman ekstrim tersebut.
Untuk membuat “arak janin” ini juga tidak sembarang arak yang dipakai. Arak yang dipakai harus arak Bali nomor satu, atau arak Bali dengan kualitas terbaik.
“Minuman ini bisa tahan lama. Tidak setiap saat juga mengkonsumsinya. Nanti kalau pun habis tinggal diisi araknya lagi,” ujar Putu Arsa kemudian.
Untuk khasiatnya, Putu Arsa tidak menjelaskan secara detail. Tribun Bali pun akhirnya memutuskan mencoba merasakan minuman ekstrim tersebut.
Saat masuk ke mulut, rasa arak tak jauh berbebeda dengan arak normal. Rasa pahit khas arak Bali mendominasi, namun perbedaannya ada sedikit rasa anyir. Kemungkinan itu efek dari janin-janin yang sudah lama direndam.
Arak tersebut juga membuat efek "pusing" lebih cepat daripada arak biasa. Putu Arsa tidak berniat menjual arak tersebut, karena hanya untuk konsumsi pribadi saja. Kemungkinan arak janin itu yang terakhir karena bahan bakunya susah dicari.
Namun arak itu sudah beberapa tahun lalu. Saat ini, berburu sudah dilarang di hutan Desa tenganan. Selain janin binatang, beberapa bahan dari tanaman seperti gingseng juga dimasukkan ke dalam minuman ekstrim tersebut.
Untuk membuat “arak janin” ini juga tidak sembarang arak yang dipakai. Arak yang dipakai harus arak Bali nomor satu, atau arak Bali dengan kualitas terbaik.
“Minuman ini bisa tahan lama. Tidak setiap saat juga mengkonsumsinya. Nanti kalau pun habis tinggal diisi araknya lagi,” ujar Putu Arsa kemudian.
Untuk khasiatnya, Putu Arsa tidak menjelaskan secara detail. Tribun Bali pun akhirnya memutuskan mencoba merasakan minuman ekstrim tersebut.
Saat masuk ke mulut, rasa arak tak jauh berbebeda dengan arak normal. Rasa pahit khas arak Bali mendominasi, namun perbedaannya ada sedikit rasa anyir. Kemungkinan itu efek dari janin-janin yang sudah lama direndam.
Arak tersebut juga membuat efek "pusing" lebih cepat daripada arak biasa. Putu Arsa tidak berniat menjual arak tersebut, karena hanya untuk konsumsi pribadi saja. Kemungkinan arak janin itu yang terakhir karena bahan bakunya susah dicari.
TRIBUNNEWS.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar