21 Juni 2015

Miras Lapen Dijual Menyerupai Es Teh

Miras Lapen dijual mirip es teh (Foto: Harian Jogja)
Miras Lapen dijual mirip es teh (Foto: Harian Jogja)
Kapolsek Depok Barat Kompol Luthfi menjelaskan, dalam razia tersebut pihaknya mengamankan sedikitnya 300 botol miras ilegal berbagai merek. Selain disita dari penjualan perorangan, miras itu juga diamankan dari sejumlah kafe yang nekat menjual miras ilegal di kawasan Depok, Sleman.
Razia miras, kata dia, sebenarnya sudah menjadi rutinitas. Meski demikian jelang pelaksanaan ibadah ramadan, intensitas razia ditingkatkan. Dia berharap langkah operasi itu dapat menekan secara maksimal peredaraan miras terutama saat ramadan berjalan.
“Ada 300 botol lebih berbagai merek, banyak pemain lama yang masih berjualan,” ungkapnya.
Dalam razia tersebut pihaknya menggerebek sebuah kios yang berjualan miras jenis lapen. Sang penjual bernama Santoso yang menggelar miras di Mrican, Caturtunggal, Depok, Sleman pun tak bisa mengelak ketika didatangi petugas. Karena kerapkali dilakukan penggerebekan, penjual ini lebih dahulu menyembunyikan mirasnya.
“Anggota parkir jauh dari tempat Santoso berjualan baru jalan kaki menuju kios. Karena sebelumnya pernah langsung parkir di depan kios, rupanya dia menyembunyikan,” ungkap mantan Kapolsek Playen ini.
Kemasan dan warna lapen buatan Santoso pun tergolong unik dengan menyerupai teh. Lapen dikemas di dalam sebuah plastik tebal dengan ukuran tidak lebih dari 500 mililiter. Kemudian plastik ditutup dengan mengikatkan pada lebihan plastik yang tidak terisi. Adapun warna cairan miras itu dipilih menyerupai teh.
Lapen itu biasa dijual dengan harga Rp15.000 perbungkus plastik. Santoso biasa menjual sekira pukul 18.30 WIB. Dalam waktu sekira tiga jam saja, dagangan lapen bungkusnya habis diserbu konsumen. Padahal Santoso tidak akan melayani pembeli baru karena dikhawatirkan petugas yang menyamar. Adapun lapen itu diracik oleh Santoso di rumahnya di Gunungkidul dengan berbagai macam bahan seperti pewarna makanan, alkohol, dan air mineral. Pembelinya rata-rata para pemuda.
“Bentuknya tidak seperti miras, malah seperti es teh. Anehnya dia tidak melayani pembeli baru, hanya orang yang sudag biasa membeli saja yang dilayani, tapi dalam tiga jam habis dagangan miras itu,” urainya.
(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar