Antar M.T. Sianturi, Deputi Bidang
Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN). Narkoba telah menjadi sumber
malapetaka, membuat kebahagiaan keluarga nyaris tak bersisa. Tragedi
penelantar anak tersebut, menjadi cermin sekaligus pembelajaran bagi
kita semua, untuk tak menyentuh barang terlarang itu. Karena, sekali
mencoba, kita akan sangat sulit melepaskan diri. Foto: koleksi pribadi
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Tragedi orangtua yang menelantarkan lima anak mereka yang masih di bawah umur, di Perumahan Citra Gran Cibubur, Bekasi, Jawa Barat, tentulah membuat kita prihatin. ”Narkoba telah menjadikan mereka tak peduli pada anak kandung sendiri,” ungkap Antar M.T. Sianturi, Deputi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN).
Antar Sianturi mengungkapkan itu di hadapan 100 lebih blogger, yang sebagian besar sudah berkeluarga. Tragedi orangtua yang menelantarkan lima anak itu, sengaja dipilih Antar Sianturi sebagai pembuka diskusi. Ia ingin menggugah para penggiat di media sosial tersebut agar sama-sama membentengi keluarga masing-masing dari pengaruh narkoba.
Diskusi sore itu memang fokus pada Indonesia Darurat Narkoba. Dilangsungkan di Pulau Dua Restaurant, Jl. Jend. Gatot Subroto, Kompleks Taman Ria Senayan, Jakarta Pusat, dengan suasana yang penuh kekeluargaan. Hangat dan akrab. ”Selain membentengi keluarga sendiri, saya harapkan para blogger juga turut membentengi keluarga di komunitas masing-masing, agar terhindar dari pengaruh narkoba,” ujar Antar Sianturi pada Selasa (26/5/2015) tersebut.
Kelas Menengah Sasaran Utama
Karena, pemberantasan narkoba, bukan hanya tanggung jawab BNN semata. Dengan kondisi Indonesia Darurat Narkoba, sesungguhnya narkoba sudah menjadi musuh bersama. Apalagi, seluruh segmen masyarakat kita, sudah dirasuki narkoba. Bahkan, akademisi dan penegak hukum yang menjadi pilar pencegah narkoba, ternyata juga tak luput dari pengaruh barang terlarang tersebut.
Indonesia memang pasar yang potensial bagi pengedar narkoba. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, per Februari 2015, ada 128,3 juta angkatan kerja di Indonesia. Mereka berada di rentang usia produktif. Sebagian dari mereka tercatat memiliki pengeluaran per kapita 2-20 dollar AS per hari. Mereka inilah yang dikategorikan Bank Pembangunan Asia (ADB) sebagai masyarakat kelas menengah Indonesia. Jumlah mereka terus tumbuh. Sebagian besar tinggal di perkotaan dan di kawasan bisnis.
Mereka yang memiliki daya beli relatif kuat itulah yang menjadi sasaran utama para pengedar narkoba. Karena mereka umumnya aktif berselancar di dunia maya, maka peran blogger yang memang sehari-hari aktif berkomunikasi di ranah digital, tentulah sangat penting untuk mengkampanyekan spirit anti narkoba. ”Pesan yang disampaikan para blogger melalui tulisan, tentulah akan diapresiasi oleh sesama anggota komunitas,” tukas Antar Sianturi lebih lanjut.
Sebagai profesional yang pernah menjadi direktur di Televisi Republik Indonesia (TVRI), Antar Sianturi memahami bahwa model komunikasi sesama anggota komunitas cenderung lebih persuasif. Grup-grup yang terbentuk di media sosial, memiliki ikatan emosial, yang ikatan itu menjadi lebih kuat dari waktu ke waktu. Ini peluang yang positif untuk menyampaikan pesan-pesan anti narkoba, yang dikemas secara kreatif, dengan style yang mudah dipahami bersama.
Gun
Gun Siswadi, Direktur Diseminasi Informasi Bidang Pencegahan Badan
Narkotika Nasional (BNN). Anak-anak menjadi sasaran empuk pengedar
narkoba. Ini ditandai dengan kenyataan di lapangan bahwa pengguna
narkoba di kalangan anak terus meningkat dari tahun ke tahun. Anak-anak
juga digunakan sebagai kurir narkoba. Kita tak boleh lengah. Mari kita
cegah bersama. Foto: koleksi pribadi
Bad News Menjadi Good News
Tragedi orangtua yang menelantarkan lima anak di atas, tentulah sebuah bad news, sebuah kabar tak sedap. Kalau hanya sebatas menceritakan ketegaan orangtua itu saja, maka yang akan diperoleh pembaca ya hanyalah sebatas berita kriminal sebagaimana pada umumnya. Untuk berkontribusi pada pencegahan penyalahgunaan narkoba, blogger bisa mengolah kabar tak sedap itu menjadi tulisan yang memberi manfaat lebih pada pembaca.
Misalnya, apa hikmah yang bisa diraih dari peristiwa tersebut? Proses pembelajaran apa yang bisa dilakukan dari tragedi keluarga itu? Sejumlah jawaban dari sejumlah pertanyaan itu, bisa berwujud informasi yang bermanfaat bagi pembaca. Dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman blogger, hal itu bisa dielaborasi hingga menjadi tulisan yang kreatif. Pembaca bukan hanya jadi tahu perisitiwa tersebut, tapi juga memperoleh pecerahan lewat tulisan, agar tak terjerembab seperti keluarga yang bersangkutan.
”Kontribusi blogger yang demikianlah yang kami harapkan,” kata Antar Sianturi, ”karena kami percaya bahwa penulis blog adalah orang-orang kreatif, yang mampu mengolah bad news menjadi good news. Hal tersebut akan menjadi gerakan untuk menggugah pembaca secara persuasif, agar terhindar dari penyalahgunaan narkoba.” Dalam hal ini, blogger menjadi kreator pesan anti narkoba, sekaligus menjadi komunikator yang menyampaikan pesan tersebut secara direct kepada sesama anggota komunitas.
Ini adalah kekuatan blogger yang barangkali tidak dimiliki oleh media mainstream. Pembaca media belum tentu terhubung dengan penulis di media tersebut. Sebaliknya, blogger terhubung secara langsung, bahkan mungkin sudah dikenal baik oleh anggota komunitas, yang menjadi pembaca tulisan sang blogger. Dengan kata lain, antara blogger dan pembacanya, terjadi mekanisme interaktif. Kondisi tersebut merupakan added value dari tiap pesan yang ada di tulisan blogger.
Slamet
Pribadi, Kepala Bagian Humas Badan Narkotika Nasional (BNN). Anak-anak
dijadikan target oleh pengedar narkoba, dengan menyusupkan narkoba
melalui makanan dan minuman. Ingatkan anak-anak agar tak jajan
sembarangan. Mereka anak-anak kita, mereka harapan kita. Adalah tugas
kita bersama untuk melindungi mereka dari pengaruh narkoba. Foto:
koleksi pribadi
Peran Blogger, Cakupan Media Sosial
Aktivitas blogger berlangsung di media sosial. Keleluasaannya tinggi, efektivitasnya juga tinggi. Banyak peristiwa penyalahgunaan narkoba, yang justru bermula dari media sosial. Seperti tragedi orangtua yang menelantarkan lima anak di atas, yang kemudian diketahui adalah pengguna narkoba, pada awalnya bermula dari postingan di media sosial. Atas dasar informasi di media sosial itu, pihak yang berwenang melakukan penelusuran lebih jauh.
Karena itulah, Kepala Bagian Humas BNN, Slamet Pribadi, meyakini bahwa para blogger berperan penting dalam mendeteksi penyalahgunaan narkoba di tengah-tengah masyarakat. Blogger ada di mana-mana, di beragam lingkungan masyarakat. Informasi terkait narkoba yang disampaikan blogger melalui blog pribadi masing-masing, sangat berharga sebagai petunjuk awal bagi pihak yang berwenang menangani narkoba.
Informasi dari blogger tersebut juga bermanfaat bagi pembaca, untuk meningkatkan kewaspadaan mereka. Bisa jadi selama ini warga suatu wilayah merasa kawasan tempat tinggal mereka aman-aman saja dari narkoba, karena tak ada informasi. Dengan adanya informasi dari blogger yang disampaikan melalui media sosial, warga akan terjaga. Kesadaran warga, tumbuh. Kewaspadaan warga meningkat. Artinya, blogger melalui media sosial, bisa berperan menggerakkan warga untuk bersama-sama melawan narkoba.
“Dengan demikian, para blogger bisa berperan melawan narkoba dengan menyampaikan berita-berita atau informasi penyalahgunaan narkoba, yang disampaikan melalui tulisan di blog-blog pribadi,” ujar Kepala Bagian Humas BNN, Slamet Pribadi, dalam diskusi Indonesia Darurat Narkoba yang dilangsungkan di Pulau Dua Restaurant, Jl. Jend. Gatot Subroto, Kompleks Taman Ria Senayan, Jakarta Pusat, pada Selasa (26/5/2015) tersebut.
Jakarta, 29 Mei 2015
(http://www.kompasiana.com/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar