One Country Two Systems sendiri merupakan suatu
konsep yang dirumuskan oleh Deng Xiao Ping agar peralihan bersatunya
kembali Hongkong dan Macau ke dalam pangkuan ibu pertiwi Cina Raya dapat
berjalan dengan mulus. Dalam
konsep ini baik Hongkong dan Macau tetap dapat mempertahankan system
ekonominya yang kapitalis selama 50 tahun, sementara Cina tetap dengan
sistem sosialisnya.
Kalau menilik buku sejarah, Perang Candu terjadi
di pertengahan abad ke 19, ketika Hongkong masih dalam kekuasaan negeri
Cina yang kala itu masih berbentuk kerajaan dalam Dinasti Ching atau
Manchu. Perang Candu ini pula
yang menyebabkan Cina bertekuk lutut terhadap kekuasaan Inggris dan
berakhir dengan Perjanjian Nanjing pada 1842 dimana akhirnya Pulau
Hongkong diserahkan kepada kekuasaan Inggris. Daerah kekuasaan Inggris ini terus meluas pada 1860 sehingga mencakup Semenanjung Kowloon yang berasal dari Bahasa Kanton Gao Long yang berarti Sembian Naga. Sesuai
perjanjian tahun 1898, daerah kekuasaan Inggris terus diperluas sampai
ke New Territories dan berlaku selama 99 tahun yaitu sampai 30 Juni
1997.
Sejarah pun kemudian berganti, dinasti Ching runtuh
di awal abad 20 dengan Pu Yi sebagai “The Last Emperor” dan Cina
berubah menjadi Republik. Namun
perebutan kekuasaan dan ideologi kembali melanda negri dengan penduduk
terbanyak di dunia ini sehingga perintis berdirinya Republic Cina yang
beribukota di Nanjing harus mengungsi ke pulau Taiwan dan di daratan
Tiongkok berkuasalah partai komunis yang kemudian mendirikan Republik
Rakyat Cina pada 1949. Akhirnya
kita pun menyaksikan peristiwa bersejarah penyerahan kedaulatan Hongkong
kembali ke Cina oleh Inggris pada 1 Juli 1997 dan berkibarnya Bendera
Hongkong berwarna merah dengan lambang Bunga Bauhania yang berkibar
dengan megah bersama sang bintang lima bendera Cina komunis.
Maka, kalau kita ingat akan narkoba dan Hongkong, maka kisah akan perang candu akan kembali berputar kembali dalam sejarah. Walaupun
candu sendiri sudah dikenal di negri Cina sejak berpuluh-puluh abad
yang lampau dan kebanyakan digunakan untuk tujuan medis atau pengobatan
tetapi sedikit demi sedikit, penggunaan candu sebagai narkoba untuk
tujuan rekreasi makin marak terutama karena pengaruh bangsa-bangsa Barat
ini.
Keuntungan pedagang candu sendiri sangat besar
sehingga pemerintah Dinasti Ching pun berniat untuk mebatasi peredaran
dan perdagangan candu ini. Namun, dalam pemerintah Dinasti Ching yang
korup ini pula banyak pihak yang menikmati keuntungan dari maraknya
perdagangan candu sehingga akhirnya Perang Candu pun tidak dapat
dihindari dan berakhir dengan berpisahnya Hongkong dari pangkuan Cina dan menjadi pelabuhan bebas serta markas Ingrris di timur jauh.
Itu adalah kisah lama dalam usaha permerintah
dinasti Ching untuk memerangi peredaran narkoba di Hongkong dan negri
Cina. Kemudian Hongkong pun terus berkembang dan dalam sejarahnya
menjadi koloni Inggris yang sangat maju perdagangannya dan juga
membuatnya menjadi negri mungil dengan tingkat kemajuan ekonomi dan
kesejahteraan yang tinggi di Asia Timur. Dan negri ini pun menjadi tempat transit untuk peredaran narkoba pada tingkat internasional.
Pada saat ini, Hongkong mempunyai bagian tersendiri dalam kepolisian Hongkong yang disebut sebagai Biro Narkotika. Keseriusan
Biro ini dalam memerangin peredaran narkotika tergambar dengan adanya
hot line khusus pengaduan narkotika. Hal ini untuk melibatkan masyarakat
Hongkong secara aktif untuk ikut memerangi peredaran narkoba. Dengan
menlopn 186 186 atau 27271234, maka masyarakat dapat dengan cepat
mengadukan segala hal tentang narkoba di Hongkong.
Menurut sejarahnya Biro Narkotika dalam kepolisian Hongkong yang memiliki tagline “Don’t ruin your life - Stay away from drug” ini didirikan
pada tahun 1954 dan bekerja sama dengan kepolisian Cina serta
internasional dalam memerangi peredaran baik ekspor maupun impor narkoba
di Hongkong serta produksi dan pembudidayaan bahan-bahan narkoba. Dan
menurut hukum yang berlaku di Hongkong orang yang terlibat dalam
peredaran narkoba dapat dihukum seumur hidup dan denda samapi 5 juta
Hongkong Dolar.
Tingkat kesadaran dan peranserta masyarakat dalam
memerangi peredaran dan mencegah penggunaan narkoba sudah sangat tinggi.
Kampanye pun sudah sangat marak baik melalui pamflet, maupun media
cetak dan elektronika. Namun bukan berarti peredaran narkoba tidak ada
di teritori khusus yang terdiri dari sekitar 235 pulau di Laut Cina
Selatan ini.
Pada masa sebelum penyerahan kedaulatan kembai ke Cina, di semenanjung Kowloon ada kawasan yang bernama Kowloon Walled City. Konon kawasan ini merupakan daerah tidak bertuan alias “no men’s land”. Di sini hukum Hongkong yang berdasarkan British Common Law
tidak berlaku sama sekali dan kekuasaan lebih dikendalikan oleh para
gangster yang bergabung dalam mafia Cina yang terkenal yaitu Triad.
Namun, peredaran
di luar kawasan ini tetap dalam kendali kepolisian Hongkong sehingga
dalam tahun 1970 dan 1980 an kepolisisan Hongkong berhasil membongkar
dan membubarkan sindikat narkoba dan menghukum berat para gembongnya. Kowlon Walled City sendiri sekarang sudah tinggal kenangan dan kalau kita berkunjung kesana masih ada sebuah batu yang dijadikan monumen dan bernama Willans Rock yang dijadikan tempat bertobatnya para pecandu narkoba.
Lalu apakah Triad masih ada setelah markas besarnya
di Kowloon Walled City diluluhlantakan? Tentu saja saya tidak bisa
menjawabnya, tetapi setiap berkunjung ke Hongkong, kita tetap masih bisa
merasakannya, tertutama ketika berkunjung ke daerah distrik lampu merah
yang berada di sekitar Tsim Sha Tsui. Di kawasan ini, banyak terdapat
bar, diskotek, tempat pijat dan daerah lain yang berhubungan dengan
kehidupan malam dan dosa.
Bukan saja di TST, di kawasan sekitar Temple Street
dimana terdapat tempat bermangkalnya PSK kelas murahan di Semenanjung
Kowloon juga menjadi tempat yang identik dengan peredaran narkoba. Tidak
mengherankan, kalau biro narkoba kepolisian Hongkong masih banyak
menemukan peredaran narkoba dalam bentuk psikotropika seperti ekstasi
dan sejenisnya di kedua kawasan ini. Selain
penggunaan psikotropika, sejak pergantian abad ke 21, penggunaan
narkoba jenis baru seperti ketamin juga sudah mulai banyak diketemukan
di Hongkong.
Karena itu, walaupun secara umum dan kasat mata,
Hongkong termasuk kota yang sangat aman untuk dikunjungi, tetapi kita
tetap harus waspada dan tetap selalu membawa identitas yang lengkap.
Saya sendiri pernah berjalan di salah satu stasiun MTR dan kemudian
didekati polisi untuk diminta identitas. Untungnya walaupun tidak
membawa paspor tetapi tetap mebawa identitas yang jelas yang dilengkapi
foto. Kalau tidak, bisa-bisa kita menginap di kantor polisi!
Keisimpulannya apapun
yang kita lakukan dan dimanapun kita berada , kewaspadaan terhadap
narkoba harus tetap melekat dan tetap jauhilah kawasan yang berpotensi
mengundang masalah. Sekali lagi jauhilah narkoba, namun bagi yang sudah
perlanjur menjadi pecandu, panti rehabilitasi adalah tempatnya dan bukan di penjara!
Hongkong, Maret 2014
Taufikuieks/wisata.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar