Tiga warga Desa Wanga Amongena, Kecamatan
Motoling Timur, Kabupaten Minahasa Selatan (Sekitar 80 km arah Selatan
Kota Manado) Provinsi Sulut, Rabu (23/4) pukul 16.30 Wita tewas
mengenaskan karena menghirup gas asam di dalam bak penampungan minuman
alkohol lokal “Cap Tikus” yang sudah dua tahun tidak dibersihkan.
Ketiga warga tersebut, Jolly Pondaag (48), Denny Pondaag (55) kakak-beradik, serta Fadly Pelle (37) tetangga Jolly. Ketiga korban sempat dilarikan ke Rumah Sakit Kaloooran Amurang, Minahasa Selatan namun tidak tertolong lagi.
Musibah itu, menghebohkan warga Minahasa Selatan dan Sulut. Sebab, ketiga korban yang sudah dewasa itu, benar-benar terjebak dalam bak cap tikus dengan kedalaman hanya 50 cm.
Ventje Pelle, yang juga keluarga korban, kepada SP Kamis (24/4) menguraikan kronologis kejadian. Kata Pelle, sekitar pukul 14.30 Wita Jolly Pondaag, pemilik bak penampungan Cap Tikus berukuran 3x4 meter bermaksud membersihkan bak yang sudah sekitar dua tahun tidak dibersihkan.
Saat Jolly mulai membersihkan bak, korban menghirup gas asam dan langsung pingsan dan jatuh ke dalam bak yang berisi cairan “Cap Tikus” sedalam setengah meter.
Saat meminta tolong kepada Denny Pondaag kakak Jolly, ternyata Denny juga jatuh ke dalam bak karena langsung lemas saat menghirup gas.
Fadly Pelle, keluarga korban yang tinggal dekat rumah Jolly yang mendengar teriakan keduanya, berusaha menolong, namun mengalami nasib yang sama.
Mereka ditemukan warga sudah tidak bernyawa. Meski demikian, warga sempat melarikan mereka ke rumah sakit terdekat di Amurang, namun ternyata tidak tertolong lagi.
”Kami benar-benar berduka atas musibah ini,” kata Ventje Pelle.
“Ini tidak diduga sebelumnya,” kata Audy Pondaag keluarga korban lainnya kepada SP.
Isak tangis dan suasana duka menyelimuti keluarga dan masyarakat di Desa Amongena. Istri dan anak-anak korban terpukul atas musibah ini. ”Kami tidak menyangka akan terjadi demikian,” kata Olga Oping istri Jolly Pondaag.
Sementara itu, Kasat Reskim Polres Minahasa, AKP Melky Makawaehe mengatakan, musibah itu murni kecelakaan.
Bupati Minahasa Selatan, Tetty Paruntu SE kepada SP Kamis (24/4) pagi mengatakan, pihaknyanya merasa prihatin atas musibah tewasnya tiga warga Desa Amongena ini. ”Ini memprihatinkan,” kata Bupati Paruntu.
Ia mengatakan, pihaknya akan membantu keluarga korban. Bahkan, Bupati akan melayat dan meminta masyarakat membatu keluarga.
Untuk bak penampuangan Cap Tikus yang diduga masih banyak di desa penghasil Cap Tikus itu, harus ditutup, karena terbukti telah menelan korban jiwa.
Catatan SP, Desa Amongena penghasil minuman lokal Cap Tikus, yang dibuat dari aren pohon enau. Banyak keluarga atau pengusaha yang membuat bak penampungan, sebelum minuman berarkohol itu dijual. Jika minuman itu terlalu lama disimpan dalam bak penampungan dan tak pernah dibersihkan, maka alkohol itu akan berubah menjadi gas asam beracun.(www.suarapembaruan.com)
Ketiga warga tersebut, Jolly Pondaag (48), Denny Pondaag (55) kakak-beradik, serta Fadly Pelle (37) tetangga Jolly. Ketiga korban sempat dilarikan ke Rumah Sakit Kaloooran Amurang, Minahasa Selatan namun tidak tertolong lagi.
Musibah itu, menghebohkan warga Minahasa Selatan dan Sulut. Sebab, ketiga korban yang sudah dewasa itu, benar-benar terjebak dalam bak cap tikus dengan kedalaman hanya 50 cm.
Ventje Pelle, yang juga keluarga korban, kepada SP Kamis (24/4) menguraikan kronologis kejadian. Kata Pelle, sekitar pukul 14.30 Wita Jolly Pondaag, pemilik bak penampungan Cap Tikus berukuran 3x4 meter bermaksud membersihkan bak yang sudah sekitar dua tahun tidak dibersihkan.
Saat Jolly mulai membersihkan bak, korban menghirup gas asam dan langsung pingsan dan jatuh ke dalam bak yang berisi cairan “Cap Tikus” sedalam setengah meter.
Saat meminta tolong kepada Denny Pondaag kakak Jolly, ternyata Denny juga jatuh ke dalam bak karena langsung lemas saat menghirup gas.
Fadly Pelle, keluarga korban yang tinggal dekat rumah Jolly yang mendengar teriakan keduanya, berusaha menolong, namun mengalami nasib yang sama.
Mereka ditemukan warga sudah tidak bernyawa. Meski demikian, warga sempat melarikan mereka ke rumah sakit terdekat di Amurang, namun ternyata tidak tertolong lagi.
”Kami benar-benar berduka atas musibah ini,” kata Ventje Pelle.
“Ini tidak diduga sebelumnya,” kata Audy Pondaag keluarga korban lainnya kepada SP.
Isak tangis dan suasana duka menyelimuti keluarga dan masyarakat di Desa Amongena. Istri dan anak-anak korban terpukul atas musibah ini. ”Kami tidak menyangka akan terjadi demikian,” kata Olga Oping istri Jolly Pondaag.
Sementara itu, Kasat Reskim Polres Minahasa, AKP Melky Makawaehe mengatakan, musibah itu murni kecelakaan.
Bupati Minahasa Selatan, Tetty Paruntu SE kepada SP Kamis (24/4) pagi mengatakan, pihaknyanya merasa prihatin atas musibah tewasnya tiga warga Desa Amongena ini. ”Ini memprihatinkan,” kata Bupati Paruntu.
Ia mengatakan, pihaknya akan membantu keluarga korban. Bahkan, Bupati akan melayat dan meminta masyarakat membatu keluarga.
Untuk bak penampuangan Cap Tikus yang diduga masih banyak di desa penghasil Cap Tikus itu, harus ditutup, karena terbukti telah menelan korban jiwa.
Catatan SP, Desa Amongena penghasil minuman lokal Cap Tikus, yang dibuat dari aren pohon enau. Banyak keluarga atau pengusaha yang membuat bak penampungan, sebelum minuman berarkohol itu dijual. Jika minuman itu terlalu lama disimpan dalam bak penampungan dan tak pernah dibersihkan, maka alkohol itu akan berubah menjadi gas asam beracun.(www.suarapembaruan.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar