Saguer
dibuat dengan cara tangkai bunga pohon aren yang sebesar pergelangan
tangan orang dewasa, dibersihkan dan dipukul-pukul selama beberapa hari
lalu dipotong. Dari potongan ini akan keluar getah warna putih susu yang
menetes dengan cepat hingga perlu tempat penampungan yang ukuran seruas
bambu. Cairan warna putih susu inilah yang dinamakan Saguer.
Dalam
pembuatan cap tikus, air saguer tadi dialirkan melalui pipa-pipa bambu
yang sudah diatur sedemikian rupa. Uap panas yang melalui pipa bambu
yang panjang ketika mencair akan berubah menjadi Cap Tikus. Para pembuat
Cap Tikus lebih suka memilih lokasi pegunungan yang dingin dan tempat
berbukit supaya pipa bambu penyulingan tidak diatas pohon tapi
dipermukaan tanah perbukitan.
Legenda Minahasa mengenal dewa Makawiley sebagai dewa saguer pertama (Leway = busa saguer). Kemudian ada juga dewa saguer yang bernama Kiri Waerong yang dihubungkan dengan pembuatan gula merah dari saguer yang dimasak. Dewa saguer yang ketiga adalah dewa Parengkuan yang
dihubungkan dengan air saguer yang menghasilkan Cap Tikus . Parengkuan
mempunyai kata asal "rengku" artinya, minum sekali teguk ditempat minum
yang kecil. Dari arti kata tersebut maka orang Minahasa menyakini bahwa
Parengkuan adalah orang Minahasa pertama yang membuat minuman Cap
Tikus.
Minuman keras tradisionil
Minahasa ini pada mulanya bernama sopi. Namun, nama "Sopi" berubah
menjadi Cap Tikus ketika orang Minahasa yang mengikuti pendidikan
militer untuk menghadapi perang Jawa, sebelum tahun 1829, menemukan
mimuman "Sopi" dalam botol-botol biru dengan gambar ekor tikus. Minuman
"Sopi" itu dijual oleh para pedagang Cina di Benteng Amsterdam Manado.
Dalam upcara naik rumah baru, para penari Maengket menyanyi lagu Marambak untuk menghormati dewa pembuat rumah, leluhur Tingkulendeng .
Tuan rumah harus menyodorkan minuman Cap Tikus kepada Tonaas pemimpin
upacara adat naik rumah baru sambil penari menyanyi " tuasan e sopi e
maka wale " artinya, tuangkan minumam Cap Tikus (sopi) wahai tuan rumah.
Keterangan
mengenai minuman Cap Tikus di Ternate ditulis oleh juru tulis
pengeliling dunia Colombus dari Spanyol bernama Antonio Pigafetta.
Setelah kapal mereka melalui dua buah pulau Sangir dan Talaud lalu
tanggal 15 Desember tahun 1521 mereka tiba di pelabuhan Ternate - dijamu
Raja Ternate dengan minuman arak yang terbuat dari air tuak yang
dimasak.
Sayang sekali buku "Perjalanan
keliling dunia Antonio Pigafetta" terbitan tahun 1972 halaman 127 - 128
tidak menjelaskan dari mana Raja Ternate mendapatkan minuman Cap Tikus.
Kalau kita lihat masyarakat Ternate tidak punya budaya "Batifar" hingga
kemungkinan besar minuman Cap Tikus sama halnya dengan beras yang
didatangkan ke Ternate dari Minahasa. Budaya produksi dan menjual
minuman Cap Tikus masih berlanjut di Minahasa hingga sekarang ini dengan
penjualan sampai ke Irian.
Data ini
menunjukkan bahwa bukan orang Spanyol yang mengajarkan cara membuat
minuman Cap Tikus di Minahasa. Karena, waktu pertama kali orang Spanyol
datang di Ternate, minuman itu sudah ada. Bagi orang Spanyol, minuman
Cap Tikus telah menjadi bumerang karena melalui minuman itulah orang
Spanyol di usir dari Minahasa. Hal itu terjadi karena serdadunya suka
mabuk-mabukan dan akhirnya membunuh Dotu Mononimbar di Tondano dan melukai anak Kepala Walak Tomohon tahun 1644.
Masa hidup dewa minuman keras Minahasa Opo Parengkuan
adalah sebelum periode kedatangan bangsa kulit putih Portugis - Spanyol
di Minahasa tahun 1512 - 1523. Pada waktu itu pedagang Cina dengan
perahu yang telah datang membawa keramik ke Minahasa. Dari usia dinasti
keramik Cina di Minahasa abad 13 dan abad 14, dapat diperkirakan bahwa
orang Cina-lah yang mengajarkan orang Minahasa untuk membuat minuman
keras Cap Tikus dengan menyuling Saguer.
Tapi
menurut buku " Adatrechtbundels XVII. 1919 halaman 79 " , minuman keras
tradisionil ini telah menyelamatkan orang Minahasa dari ketergantungan
Candu dan Opium di abad 18. Karena orang Minahasa sangat mencintai
minuman Saguer dan Cap Tikus, maka orang Minahasa sudah tidak tertarik
lagi dengan candu dan opium, walaupun harganya cukup murah.
Cerita Sejarah Minuman Olahan Khas Minahasa "CAP TIKUS"
ini dapat dijadikan contoh bagi generasi muda sekarang agar menjauhi
narkotik yang memang sudah dilarang Opok -Opok dan Dotu -Dotu Minahasa
tempo dulu.
Oleh : Jessy Wenas Palakat K3 - No. 12 - Tahun I - Maret 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar