8 Agustus 2014

Mantan Pecandu Narkoba Jadi Penulis dan Inspirator, Bisakah?



Relon StarOleh: Relon Star*
”Apakah kebahagiaan hidup yang sesungguhnya? Kebahagiaan hidup ialah ketika kita membahagiakan orang lain melalui hidup kita.”
~ Relon Star
Iseng-iseng saya membuka comment di Facebook, ternyata banyak pesan masuk dari pembaca www.andaluarbiasa.com. Menurut mereka, tulisan saya telah memberikan inspirasi bagi mereka. Tetapi, saya sedih membaca pesan tersebut. Lho, kok malah sedih? Karena begitu banyaknya orang yang lebih lurus hidupnya ketimbang saya, tetapi tidak mau meninggalkan message atau menginspirasi hidup orang lain. Terlalu banyak orang yang sibuk dengan dunianya, sehingga tak sempat membahagiakan orang lain dengan kisah hidup mereka.
Lebih lengkapnya, inilah kisah saya yang menyedihkan itu. Tahun 1999—tepatnya bulan Juni—saya baru menemukan kehidupan. Padahal, saya hidup sudah sejak 1979. Lalu, ke mana saja selama 20 tahun? Sejak saya SMP kelas 2, ada perubahan besar yang terjadi dalam keluarga. Sejak itu ayah saya menjadi tokoh religius Kristen—sebutannya pendeta. Sejak ayah jadi pendeta, tuntutan mengalir deras setiap hari. Sebagai seorang anak pendeta, saya dibatasi dengan aturan-aturan yang tidak siap diterima oleh seorang remaja. Misalnya, tidak boleh bergaul dengan teman-teman yang brutal, tidak boleh ke bioskop, tidak boleh mendengar lagu dunia—hanya boleh dengar lagu rohani atau lagu gereja. Lama-kelamaan tuntutan itu membuat saya stres, dan saya merasa kebebasan hidup saya terancam.
Narkoba segera menjadi pilihan saya saat itu. Teman-teman bilang itu enak, maka saya mencobanya. Buta terhadap akibatnya, saya menikmati benda terlarang itu. Lama-lama jadi ketagihan. Asyik juga bisa bebas masalah, yah walaupun hanya sesaat. Daripada setiap hari puas dengan omelan ayah di rumah, mendingan saya pesta narkoba dengan teman-teman. Selama tujuh tahun saya asyik dengan dunia baru—surga di dunia—yaitu narkoba.
Badan kurus kering, mata cekung ke dalam, tak satu pun orang akan percaya bahwa anak ini bisa punya masa depan cemerlang. Semua orang meramal saya ”anak tanpa masa depan.” Belum lagi badan kuning semua akibat tertular penyakit hepatitis dari teman, karena kegiatan pinjam meminjam insulin, solidaritas yang tak bertanggung jawab.
Orang memandang dengan pesimis akan hidup saya. Kalau tiga kakak saya dibanggakan karena hidupnya lurus, saya jadi bahan cemoohan orang, setiap hari. Guru saya bilang, Tidak ada hubungannya masa depan dengan pecandu narkoba. Relon pasti madesu, alias masa depan suram. Ups! Nyaris saja itu terjadi. Kalau tidak ada anugerah pada malam 3 Juni 1999, tulisan-tulisan saya tidak akan pernah muncul di www.andaluarbiasa.com.
Malam itu, sebenarnya sederhana saja yang terjadi. Saya dan teman-teman sedang berpesta narkoba di Sentul. Lima hari di Sentul, cukup membuat kami puas dan bahagia. Pulangnya saya memeriksa mobil, supaya jangan sampai ada barang bukti yang tertinggal di mobil. Ternyata, ada ecstasysetengah butir yang tertinggal. Saya menelannya tanpa ada perasaan apa pun mengenai ngerinya kematian. Setengah butir ecstasy itu membuat tubuh saya tak karuan. Mata mendelik-delik, lama-lama tinggal putihnya saja yang kelihatan. Sempat paranoid, mulut penuh busa, tinggal sedikit lagi menuju KEMATIAN!
Ternyata, antara hidup dan mati itu bedanya hanya sedikit! Makanya, kalau orang tak menghargai kehidupan, lebih baik….?!? Bukan saya yang menjawab, tetapi Anda lho!
Saya lanjutkan. Malam itu, saya mendapat perpanjangan waktu hidup di dunia. Intinya, peristiwa ini memang supranatural. Saya diberikan kemurahan oleh yang MAHAKUASA untuk melanjutkan kehidupan. Untuk apa? Untuk memperingatkan yang lainnya, sudah siapkah kita menghadap DIA?
Kisah ini telah menginspirasi banyak orang. Maka, muncullah keinginan menuangkannya dalam sebuah tulisan. Lebih lengkapnya Anda dapat membaca Run or Die (Metanoia, 2008). By the way, apa yang mau saya sampaikan? Kalau saya tidak nyaris mati saat itu, mungkin saya masih berkutat dengan hidup tanpa masa depan. Tetapi, karena sudah nyaris mati—malah seharusnya sudah mati—maka sekarang saya lebih menghargai KEHIDUPAN, dengan menginspirasi banyak orang. Caranya bisa lewat banyak hal, salah satunya melalui tulisan.
Peristiwa diluputkan dari kematian ini yang membuat saya tidak tahan kalau ada orang yang coba-coba pakai narkoba dan merusak hidup mereka. Maka dari itu, saya ikut berpartisipasi memerangi narkoba di muka bumi Indonesia ini. Karena ternyata, saya menemukan banyak sekali orang berpotensi yang gagal menemukan potensinya, lalu lari ke narkoba. Sayang sekali, bukan? Apalagi narkoba identik dengan anak muda. Bagaimana dengan nasib bangsa 10-20 tahun ke depan kalau narkoba lebih berhasil memasarkan kenikmatannyaketimbang kita-kita ini, yang hidupnya sudah sukses? Mau tidak mau, kalau kita ingin memberantas narkoba dari bumi Indonesia, Anda yang tidak terjamah oleh narkoba pun, mari melihat sekitar Anda, dan berikanlah kontribusi Anda pada mereka.
Maukah Anda bergabung bersama saya, menginspirasi orang lain melalui hidup Anda? Mulailah dari lingkaran terdekat Anda. Kalau Anda rela, jamah juga orang di lingkaran luar Anda. Salam inspirasi![rs]
* Relon Star adalah seorang public speaker dan penulis buku Run or Die(2008). Saat ini ia bekerja sama dengan Departemen Pemberdayaan Perempuan, aktif mengisi seminar-seminar serta penyuluhan di sekolah-sekolah mengenai bahaya narkoba. Relon dapat dihubungi melalui pos-el: relonstar[at]yahoo[dot]com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar