Abu Yasid Al-Busthami adalah seorang ulama yang terkenal pada masanya. Suatu hari, ketika beliau begitu khusyu' bermunajat kepada Allah swt. ia tanpa sadar terbawa suasana sampai ke Arasy. Ketika itu sempat terbesit di hatinya, " Inilah tempat Nabi Muhamad saw. Mungkin besok aku dapat hidup sebagai tetangganya di surga sana."
Saat kembali dapat menguasi diri, ia kemudian dikejutkan dengan suara yang mengatakan bahwa ada seorang bernama si fulan yang tinggal di sebuah kampung, kelak ia akan menjadi tetangganya di surga.
Tak berapa lama, beliau segera beranjak dari tempat tidurnya dan pergi mencari kampung yang dimaksud. Lokasi kampung yang hendak beliau tuju letaknya lumayan jauh. Setelah keletihan akhirnya ia sampai juga di kampung itu. Sambil menuntun unta nya, ia mencoba mencari keterangan tentang rumah dan kegiatan sehari-hari si fulan.
Abu Yasid bertanya, " Apakah kalian kenal seseorang bernama si fulan?"
tapi orang kampung menjawab dengan sedikit sinis " Untuk apa engkau mencari orang fasik dan ahli minum itu, sedang engkau seorang lelaki yang di muka mu terdapat tanda kesalehan.
Ia terkaget dan mengira suara gaib yang ia dengar adalah bisikan syaitan.
Abu Yasid lalu bertanya lagi, "Wahai bapak-bapak sekalian, tahukah kalian dimana si fulan berada?"
Mereka menunjukan si fulan kedai sedang bermabuk-mabukan. Abu Yasid dengan rasa ingin tahu pun menuju ke kedai yang dimaksud.
Benar saja, si fulan ada disana. Melihatnya membuat Abu Yasid tidak tahu harus berbuat apa. Ia kemudian melangkah pulang, namun tiba-tiba,
"Hai Abu Yasid Syaikhul Islam, kenapa engkau tidak suka masuk ke kedai ini? Engkau datang dari jauh khusus untuk mencari seseorang yang menjadi tetangga mu besok di surga. Tapi setelah bertemu, kenapa engkau tinggalkan begitu saja?"
Mendengar ucapan dari mulut si fulan, ia heran, ia bertanya-tanya.
" Hai Syaikhul Islam, tak perlu engkau heran dan berfikir tentang kenapa aku tahu maksud kedatangan mu. Ketahuilah, semua itu terjadi atas izin Allah swt. Dialah yang telah memberitahu diriku akan maksud kedatangan mu. Maka masuk dan duduklah bersamaku."
"Hai fulan, apa maksudmu dengan semua ini?"
si fulan menjawab dengan nada santai, "Bukanlah seorang laki-laki apabila bercita-cita masuk surga sendirian tanpa mengajak teman. Ketahuilah, sebenarnya yang berada di kedai ini semuanya berjumlah delapan puluh orang pemabuk. Tetapi yang empat puluh orang telah ku nasehati sehingga mereka bertobat dan mohon ampun kepada Allah. Empat puluh orang selebihnya merupakan kewajiban mu. Tugas mu sekarang adalah menasehati mereka agar sadar dan bertobat. "
Perbincangan mereka ternyata didengar oleh empat puluh yang dimaksud sehingga mereka terkesima dan sadar. Mereka akhirnya bertobat kepada Allah swt. dan memohon ampun kepada-Nya. (dari http://arifmasduki.blogspot.com/2012/03/80-orang-pemabuk-yang-masuk-surga.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar