25 September 2014

Abdel Achrian, Perjuangan Panjang Lepas dari Jerat Narkoba



foto: .Net
Siapa sangka komedian Abdel Achrian pernah terjerumus dalam jeratan narkoba. Bahkan sampai kini, ia masih dalam pengawasan keluarganya. Bagaimana kisahnya?
Awalnya,  lelaki kelahiran 27 September 1970  itu mengenal ekstasi atau inex. ”Pas lagi gembar-gembor inex, ada yangnawarin putauw dan orang belumngeh. Coba-coba pakai deh,” cerita Abdel.
Tak sampai hitungan bulan,  Abdel telah kecanduan putauw. ”Orang yang sudah pakai putauwpasti nggak pakai apa-apa lagi karena nggak ada yang nandingin enaknya. Kalau nggak enak pasti nggak ada orang pakai kan?” katanya.
Sejak saat itu, Abdel mulai diperbudak putauw.  Perlahan tapi pasti, kehidupannya mulai berantakan. Begitu juga dengan karirnya.
Abdel kali pertama bekerja di Radio Radio Suara Karya (SK) Jakarta. Dia bekerja di sana setelah lulus SMA (1989). Sambil bekerja dia kuliah di
FISIP UI Jurusan Hubungan Internasional. Gara-gara terjerat putauw, Abdel terpaksa keluar dari Radio SK.
Sadar
Tahun 1996, Abdel sadar jika putauw memang telah membuat hidupnya berantakan. Dia ingin berhenti memakai barang laknat tersebut. Dukungan keluarga jelas diperlukannya saat itu. Namun, Abdel tak mempunyai keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya kepada keluarga besarnya. Hingga akhirnya, kakaknya yang mengatakan kepada kedua orangtua Abdel.
Di depan keluarga besarnya, Abdel akhirnya mengaku jika selama ini dia telah menjadi seorang pecandu putauw. Pengakuan Abdel jelas mengejutkan seluruh anggota keluarga. “Mereka shock karena aku dianggap anak yang lurus-lurus saja. Aku cenderung lebih bersih di keluarga,” ujarnya.
Akhirnya, tahun 1998, dia dibawa ke Pondok Pesantren Suralaya atau pondok Inabah. Pondok ini memang dikenal sebagai tempat penyembuhan pecandu narkoba. Karena niatnya untuk benar-benar sembuh sudah bulat, Abdel pun tidak protes dengan kenyataan tersebut.
Tahun 2000 masa rehabilitasi selesai. Namun, semua sia-sia. Walau berusaha untuk sembuh, Abdel tetap tak dapat mengalahkan keinginannya untuk terus memakaiputauw. Selain mengecewakan pihak keluarga, kenyataan tersebut juga mengecewakan bagi Abdel sendiri.
Rehabilitasi kedua pun menjadi pilihan. Kali ini Abdel dikirim ke sebuah pesantren di Bogor, Jawa Barat. Di sana dia menjalani rehabilitasi selama kurang lebih satu tahun.
Pihak keluarga pun tak tinggal diam. Belajar dari pengalaman sebelumnya, Abdel pun langsung menjadi ’tahanan’ rumah. Dia tidak diperkenankan sama sekali untuk keluar rumah.
Diambil Satu Persatu
Narkoba juga yang membuat rumah tangganya hancur. Abdel menikah kali pertama pada  1999 silam. Saat itu, Abdel menikahi adik kelasnya di Universitas Indonesia. Di tahun itu, kondisi Abdel sedang berantakan. Dia masih diperbudak oleh putauw. Dapat ditebak, rumah tangganya tak semulus yang diinginkan.
Puncaknya di tahun 2000, saat Abdel akan menjalani rehabilitasi keduanya di Bogor Jawa Barat, dia dan istrinya memutuskan berpisah.
”Jadi aku minta ke istri, pilih aku atau mertua. Dia pasti pilih orangtuanya lah,” ucapnya sambil tersenyum.
Putauw itu memang merenggut satu persatu nikmat yang diberikan Tuhan. Pelan-pelan diambil. Karena menurut bapak,  aku orang yang nggak bisa bersyukur,” ujarnya.
Di tahun 2005, saat Abdel sudah sembuh dari ketergantungannya terhadap putauw, seorang perempuan datang ke dalam hidupnya. Dia adalah Riani Wahyuningsih, gadis yang dikenalnya saat masih menjadi penyiar di radio SK. Saat itu, Riani datang ke SK dengan maksud mengantarkan seorang temannya  untuk mengambil hadiah. Kebetulan radio SK memang tengah mengadakan kuis. Dan teman Riani tersebutlah pemenangnya.
Singkat kata, Abdel tertarik dengan Riani. Pada tahun 2007, Abdel dan Riani menikah. Statusnya sebagai mantan pecandu bukan halangan menikah lagi. ”Alhamdulillah, dia bisa nerima aku,” tutur Abdel.
Pasangan tersebut kini telah dikaruniai  anak perempuan bernama Latisha Amira Gumala Achrian yang telah berusia 3,5 tahun. Sejak menikah, hidup Abdel memang lebih teratur. Keluarga bahagia tersebut kini menempati rumah idaman mereka di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Agar tidak terjebak dalam jerat narkoba lagi, sang istri tak lelah ‘mengawal’ Abdel. ”Aku datang diantar, pulang dijemput lagi. Kalau dia telepon aku nggak angkat, dia pasti telepon ke tempat kerja. Dia pasti tanya, bener nggak Abdel ada di sana,” kata Abdel sambil tertawa.
Ucapan Sang Ibu
Salah satu yang membuat Abdel benar-benar berhenti adalah perkataan sang ibu, (Almh) Putri Ratna Gumala. Ucapan sang ibu kurang lebih, “Del, buat ibu hidupmu berhasil bukan karena kamu punya harta banyak, mobil banyak, dan kerjaan bagus. Kamu ibu anggap berhasil kalau kamu mati dalam keadaan nggak pakai putauw
Meski sederhana, kalimat itu akhirnya menjadi motivasi Abdel terbebas dari jerat narkoba. ”Omongannya singkat dan padat. Tapi sangat mengena. Aku berpikir, gila ya, ukuran keberhasilanku di mata ibuku sendiri  cuma segitu,” kenang Abdel.
Bagi Abdel, tak ada pecandu yang benar-benar sembuh sebelum dia mati. Karena itu, perkataan sang ibu yang meninggal di tahun 2008 lalu benar-benar dipegang teguh olehnya.
Abdel ingin membuktikan bahwa ia benar-benar bersih dari barang haram tersebut sampai Tuhan memanggilnya. ”Sebelum mati, kita pasti recovering terus. Baru disebut sembuh kalau kita mati dalam keadaan nggak pakai putauw,” katanya sambil tersenyum. (http://nyata.co.id/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar