Seseorang yang berniat lepas dari ketergantungannya pada minuman keras sebaiknya juga menghentikan kebiasaan merokoknya. Karena studi terbaru menunjukkan kebiasaan merokok tidak memudahkan orang sembuh dari kebiasaannya mengkonsumsi minuman keras. Sebaliknya merokok justru dapat memperburuk ketergantungan mereka.
Studi yang diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences,
menunjukan kebiasaan merokok selagi mengkonsumsi minuman alkohol
mengganggu pemulihan sekelompok reseptor di otak yang disebut reseptor
GABA A.
Para peneliti menggunakan teknik gambar aktifitas otak untuk
mengukur kegiatan interval reseptor GABA A selama sebulan pada
;sekelompok pasien pecandu alkohol.
"Kami mendapati kalau pada para pecandu alkohol yang juga perokok
selama mereka tidak mengkonsumsi alkohol, otak mereka tidak memiliki
tingkat kesembuhan yang sama dengan pecandu alkohol yang bukan perokok.
Temuan ini menekankan kalau kebiasaan merokok juga dapat mempengaruhi kesembuhan otak," kata ketua tim peneliti, Profesor Kelly Cosgrove, yang juga Associate Professor dari Departemen Psikologi Universitas Yale.
Reseptor GABA A memainkan peran utama dalam kasus ketergantungan
merokok dan alkohol, namun dalam kasus ketergantungan alkohol jumlah
ketersediaan reseptor ini mengalami perubahan.
Menurut Cosgrove, ketika orang berhenti minum minuman keras, butuh
waktu sebulan bagi reseptor GABA A untuk bisa tersedia kembali di otak.
Tim peneliti menemukan kaitan yang sangat jelas antara jumlah ketersediaan reseptor GABA A dan ;tingkat keparahan dorongan untuk kembali mengkonsumsi alkohol.
"Kami mendapati kalangan perokok jika dibandingkan dengan yang
bukan perokok tingkat keinginan mereka untuk kembali mengkonsumsi
alkohol itu meningkat dua kali lipat dan kondisi itu berkaitan dengan
ketersediaan jumlah reseptor selama pekan pertama pecandu berhenti
mengkonsumsi alkohol," kata Cosgrove.
"Prediktor yang dikenal memicu
kekambuhan ini ternyata memiliki kadar keinginan yang cukup tinggi
ketika Anda berhenti menggunakan suatu zat tertentu, sehingga
keberadaanya sangat penting, dan kemungkinan kebiasaan merokok ketika
mencoba berhenti minum minuman keras justru semakin memicu keinginan
kuat tersebut."
Temuan ini menunjukan mitos
populer yang menyatakan merokok selama masa penyembuhan ketergantungan
alkohol akan mempermudah proses tersebut adalah keliru, sebaliknya para
peneliti menilai pasien lebih baik menghentikan dua kebiasaan merokok
dan meminum minuman keras secara bersamaan.
Penyebab kambuh bukan nikotin
Kajian ini juga mencakup sejumlah riset terhadap monyet yang
digunakan para peneliti untuk melihat dampak ketergantungan dengan kadar
nikotin selama masa puasa dari mengkonsumsi alkohol.
Para peneliti menemukan situasi yang agak mengherankan bahwa
nikotin itu sendiri tampaknya bukan menjadi faktor penyebab yang
mempengaruhi kemampuan para kera lepas dari ketergantungan mereka
terhadap alkohol.
"Awalnya Kami berpikir kalau nikotinlah yang menentukan hal itu,
karena itulah bagian yang paling adiktif dari asap tembakau dan itulah
yang dapat ;menghambat perubahan di otak," kata Cosgrove.
"Tapi pada penelitian terhadap
hewan-hewan yang disuntikan dengan alkohol dan alkohol dan nikotin,
mereka mengalami perubahan yang sama pada otak mereka dan mereka
terlihat cenderung seperti pecandu alkohol yang bukan perokok."
Kondisi ini menunjukan ada
sesuatu di rokok selain nikotin yang memiliki dampak negatif pada upaya
pemulihan ketergantungan alkohol.
"Menurut saya studi ini sangat
penting karena menunjukan kalau Anda kemungkinan aman untuk menggunakan
terapi pengganti nikotin ketimbang merokok selama masa penyembuhan
ketergantungan pada alkohol." tegas Cosgrove. (http://news.detik.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar