Kebutuhan Iman
Kebutuhan rehabilitasi narkoba untuk muslim muncul dua tahun lalu, yaitu ketika orang-orang mulai beralih ke pusat rehabilitasi umum dan bertanya-tanya ke mana harus pergi jika menginginkan sistem rehabilitasi yang menggunakan pendekatan secara Islam.
Ketua Pengurus Yayasan Al-Amin Eugene Babaskin berkata, "Pusat rehabilitasi pertama kami berada di Kaukasus Utara, tepatnya di kota Pyatigorsk, dan mengadopsi konsep Pusat Kesehatan Pemuda (TsZM) yang beroperasi di seluruh negeri dan tidak menggunakan pendekatan agama. Kami hanya mengadakan kunjungan ke masjid bersama para pasien dan mengatur kunjungan dari para ulama. Kini, kami segera menyelesaikan pengembangan program rehabilitasi yang didedikasikan untuk para umat Islam," ujar Babaskin. Babaskin adalah seorang lulusan pusat rehabilitasi dan ia mengonfirmasi efektivitas metode yang diterapkan. Babaskin mencatat, perkembangan kerja sama untuk umat Islam mereka bawa kepada Wakil Mufti Provinsi Stavropol Murat Sultanov.
Sultanov mengatakan, pusat-pusat rehabilitasi Islam sangat penting karena organisasi rehabilitasi Kristiani telah cukup banyak. Sementara, pemeluk Islam tidak bisa berobat ke sana karena hal tersebut dinilai bertentangan dengan keyakinan. Namun, bagaimanapun juga mereka perlu dibantu. "Sekarang banyak ada banyak etnis muslim, meskipun tidak benar-benar menjalankan agama berdasarkan keimanan, yang merasa perlunya pusat rehabilitasi semacam ini. Kami telah mempertimbangkan program salat lima waktu, salat Jumat, dan semua elemen yang menjadi tradisi, seperti makanan halal. Kita harus mencoba untuk menjaga tiang agama dalam proses rehabilitasi," ujarnya.
Psikiater Marat Aghinyan menjelaskan, masalah utama bagi kebanyakan pemeluk agama adalah mentalitas mereka. "Mereka terbiasa bungkam mengenai masalah ini dan bahkan takut untuk membicarakannya dengan orang-orang terdekat mereka. Mereka tak mau mengakuinya dengan jujur bahwa hal tersebut (kecanduan) menimpa dirinya atau keluarganya. Saya bahkan sempat harus memberikan imbauan kepada para pemimpin umat islam di Moskow agar mereka dapat bekerja sama dengan lebih efektif bersama masyarakat dan membantu mereka yang memiliki masalah ketergantungan zat-zat adiktif," katanya menjelaskan.
Sultanov mengatakan bahwa mereka telah mengkaji seluk-beluk dan persepsi terhadap masalah ini dan berjanji menjaga kerahasiaan pasien secara penuh. Selain itu para pasien akan diberikan pengertian bahwa mereka tidak perlu malu karena jika masalahnya tak segera diselesaikan justru akan berakibat lebih buruk. Selain itu, pusat rehabilitasi ini akan membuka cabang untuk perempuan. Sementara ini, sudah ada satu perempuan dari Chechnya yang sudah direhabilitasi. Jika semua berjalan dengan baik, ke depannya mungkin akan dapat membantu lebih banyak orang lagi.
Terlepas dari kenyataan bahwa program ini sebenarnya masih dalam tahap penyempurnaan, mereka kini telah memiliki empat pusat rehabilitasi, yaitu di Moskow, Pyatigorsk, Kazan, dan sebuah kota di Krimea, yaitu Bakhchisarai. Saat ini, sebuah negosiasi sedang dilakukan untuk membuka pusat rehabilitasi Al-Amin di kota Grozny, Chechnya. Pihak manajemen pusat juga mengatakan akan bekerja sama dengan Turki dan Kuwait dalam waktu dekat.
Bermula dari Pusat Rehabilitasi Umum
Pendiri dan sekaligus Direktur Yayasan Amal TsZM Nikita Lushnikov memberitahu bahwa pada awalnya pusat rehabilitasi umum bisa dibilang muncul dari dan untuk diri sendiri, seperti contohnya Al-Amin. "Pada awalnya pusat-pusat rehabilitasi ini didirikan untuk para pecandu narkotika agar mereka dapat disembuhkan. Pusat rehabilitasi umum pertama kali muncul di awal tahun 2000-an di Belgorod. Saat itu, saya adalah pasien pertama. Kemudian kami mulai membentuk berbagai ketentuan agar kami dapat terus beroperasi. Kami pun memiliki status hukum, para spesialis pengobatan, dan psikolog. Saat itu saya tidak mengira tragedi (tingkat kecanduan narkoba) ini begitu besar. Karen itu kami akan membuka sekitar 100 pusat rehabilitasi," kata Lushnikov.
Sekarang perwakilan TsZM bersama-sama dengan wakil dari Majelis Rendah Parlemen Rusia (Duma) dan pejabat dari Kementerian Kesehatan menciptakan kriteria untuk lembaga tersebut agar dapat menciptakan sistem kerja yang terpadu di bidang ini. Selain itu, pusat rehabilitasi ini memiliki ciri khas tersendiri, yaitu program resosialisasi. Ini adalah program pelatihan keterampilan setelah rehabilitasi. Skema resosialisasi yang sama akan digunakan pada pusat-pusat rehabilitasi muslim.
Maksim (ia meminta untuk tidak mencantumkan nama keluarganya -red.), seorang mantan pasien pusat rehabilitasi umum yang kini tengah menjalani pembinaan oleh para muslim, memiliki kisah hidup yang cukup khas sebagai seorang rehabilitan yang kemudian menjadi orang sukses.
Untuk seorang pemuda yang akrab dengan zat psikotropika sejak berusia 11 tahun—dikarenakan masalah finansial—ia dipindahkan oleh orangtuanya dari Baikal ke Rusia Tengah. "Saya tinggal dengan bibi saya yang hidup dalam situasi yang serba kekurangan. Hasilnya, saya tak terurus selama lebih dari enam bulan dan tinggal di loteng. Di sana saya mulai menghirup uap lem dan bensin. Kemudian di saat kehidupan keluarga mulai stabil, saya kembali tinggal bersama orangtua saya di pinggiran kota Moskow," katanya. Ia kemudian mulai mengikuti olahraga dan di sana "masuk" ke geng yang buruk, yang akhirnya membawanya untuk menggunakan heroin. "Awalnya saya hanya mencoba, dan dalam waktu yang singkat saya jadi ikut terlibat."
Setelah lulus sekolah, ia masuk ke sebuah universitas di Moskow. Di sana ia tak pernah konsentrasi dengan pelajarannya sehingga akhirnya ia dikeluarkan dari universitas. Kemudian dia mendaftar lagi, tapi situasinya terus berulang. Ketika ia masuk ke universitas keempat, ia kembali bertemu dengan heroin dan lupa dengan studinya selama tiga tahun. Pada tahun 2006 ia dihukum, tapi kemudian dibebaskan dengan jaminan. Ia dibawa ke rumah sakit dan di sana, seorang dokter kepala rumah sakit menyarankan agar ia dikirim ke pusat rehabilitasi. Orangtuanya membawa dirinya ke Belgorod.
"Saya sadar bahwa hidup saya berantakan. Oleh karena itu, saya setuju untuk dibawa ke rumah sakit dan pusat rehabilitasi. Sampai di minggu terakhir saya berharap untuk segera pulang dalam dua minggu dari Belgorod dan memulai semuanya kembali," kenang Maksim. Setelah keluar dari rehabilitasi ia pun memulai kembali kehidupannya. Ia membersihkan jendela, menanam pohon, lalu pindah bekerja ke Volgograd sebagai konstruktor bangunan. Di sana pula ia bertemu dengan perempuan yang kemudian menjadi istrinya. Ia kembali melanjutkan kuliahnya dan belakangan membuka perusahaan konstruksi sendiri yang sudah bergerak selama tiga tahun.
Ia bercerita bahwa saat ini tidak ada teman-temannya yang tahu-menahu bahwa ia dulunya adalah seorang pecandu. "Sekarang itu semua tampaknya tak mungkin pernah terjadi pada saya. Sebelumnya tidak ada yang menyukai saya, apalagi untuk membangun sebuah keluarga, tapi sekarang sebaliknya. Sekarang tumbuh perasaan bahwa tak ada lagi halangan untuk berprestasi."
sumber: http://indonesia.rbth.com