15 Agustus 2016

Pertobatan Aiptu Budiman, Doa Ibu dan Kain Ihram Berlumur Darah Saat Umrah


Aiptu Budiman saat ini mengelola pesantren Yatim Piatu di Purwakarta, Jawa Barat. (detik.com)
Aiptu Budiman saat ini mengelola pesantren Yatim Piatu di Purwakarta, Jawa Barat. (detik.com)

 Aiptu Budiman kini mengisi hidupnya dengan mengasuh pesantren bagi anak yatim piatu dan kalangan tak mampu di Desa Dangdeur, Kecamatan Bungur Sari, Purwakarta. Selain sebagai polisi, dia kini banyak mendekatkan diri kepada Tuhan.
Kisah hidup Budiman yang sekarang bertugas di Polres Purwakarta ini memang menarik. Dahulu dia seorang polisi pemabuk, pemakai narkoba, dan juga terjebak di dunia malam. Dia juga dikenal polisi tegas dalam menghukum penjahat.
“2010, tim reserse di Polda Jabar dibubarkan. Saya kembali ke Purwakarta,” terang Budiman yang ditemui di pesantrennya beberapa waktu lalu.
Budiman sejak awal memang bertugas di Polres Purwakarta sebelum pindah ke Polda Jabar. Saat pulang ke Purwakarta, seorang teman yang juga residivis kasus pencurian memberitahu dia ada tanah yang kosong miliknya di Purwakarta.
“Waktu itu saya mau cari kontrakan, cuma teman itu bilang saya punya tanah di Purwakarta. Saya nggak tahu, ternyata dulu saat mabuk saya pernah kasi dia uang dan dibelikan tanah,” jelasnya.
Budiman sempat bertanya-tanya darimana asal uang untuk membeli tanah itu. “Soalnya dahulu saya kalau uang gampang, tinggal minta saja sama tukang judi,” imbuh Budiman.
Hingga akhirnya sang teman mengingatkan kalau tanah itu sudah dibeli. Budiman tinggal di tanah dengan luas lebih dari 1 hektar itu. Di sana dia sempat bengong ingin diapakan tanah itu
“Sempat mau bangun tempat judi dan mabuk,” terang Budiman.
Tapi mungkin karena sudah jalan dari Tuhan, tak ada teman dia yang datang ke Purwakarta.
“Yang ada 5 petani yang garap lahan di sini. Mereka tinggal sama saya nemenin. Tapi suatu hari mereka tanya kenapa saya nggak salat, saya marah ditanya itu. Saya terus pergi,” jelas Budiman.
Pergi dari tanahnya di Purwakarta, Budiman berpikir. Tak ada teman yang menemani hanya petani yang mengajak dia beribadah yang datang. Akhirnya, Budiman tobat dan dia memutuskan menemui ibunya.
“Saya ketemu ibu saya di Bandung, usianya sudah 80 tahun. Ibu saya sudah lumpuh, ibu saya sudah berpikir saya pasti ada masalah,” jelas anak bungsu dari 6 bersaudara ini.
Budiman kemudian memangku ibunya yang lumpuh. Dia meminta maaf atas apa yang dia lakukan selama ini. Budiman juga menangis sambil memeluk ibunya itu.
“Ibu mendokan saya dan merestui tobat saya,” jelas Budiman yang merupakan putra pensiunan TNI. Sang ayah sudah meninggal beberapa tahun sebelumnya
Budiman kemudian membangun pesantren bagi anak tak mampu dan anak yatim piatu. Budiman tetap bertugas di kepolisian di Polres Purwakarta.
Budiman juga banyak dibantu mantan atasannya Wakapolres Bandung Kompol Agung N Masloman dan Kapolres Jaksel Kombes Wahyu Hadiningrat. Kedua mantan atasannya itu mendukung penuh apa yang dilakukannya.
Bersama sang istri dia membangun pesantren ditemani lima petani tersebut. Seorang ustad dari pesantren di Tasikmalaya juga diundang mengajar dan menetap. Tak sedikit halangan datang, pesantrennya pernah dituding aliran sesat, tapi setelah dijelaskan warga paham, bahwa pesantrennya itu sesuai tuntunan Islam. Warga juga bahkan menitipkan anak mereka.
Pengalaman lainnya, yakni saat umroh 2012 lalu. Sang istri, kebetulan mendapat bonus karena sukses mengajak beberapa orang umroh. Sang istri memberi kesempatan kepada Budiman untuk umroh.
“Di Mekkah, di sana pakaian ihrom saya tiba-tiba berwarna merah, seperti berlumuran darah. Tentara di sana langsung menolong saya dan memberikan salinan. Saat itu saya menangis, saya sujud tobat di sana,” terang dia.
Di Madinah dia bertemu mantan atasannya Kompol Agung N Masloman. Budiman mendapat nasihat dan bimbingan, hingga akhirnya dia bertekad mengembangkan pesantren bagi anak tak mampu dan yatim piatu. (detik/sbb/dakwatuna)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/02/26/64645/kisah-pertobatan-aiptu-budiman-doa-ibu-dan-kain-ihram-berlumur-darah-saat-umrah/#ixzz4HSh4iTji 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar