25 Mei 2014

Jauhkan Tradisi Naik Dango dari Judi, Miras, & Narkoba

Prosesi upacara Naik Dango (Foto: kalbar.litbang.deptan) Prosesi upacara Naik Dango (Foto: kalbar.litbang.deptan)  

Upacara Naik Dango yang diperingati setiap tahunn menjadi daya tarik wisatawan asing dan lokal di Kalimantan Barat. Tiga hal sepatutnya dijauhkan dari upacara ini.

Upacara Naik Dango merupakan salah satu tradisi masyarakat Dayak dalam mengungkap rasa syukur kepada Tuhan atas segala rezeki yang diberikan. Salah satunya hasil pertanian, baik berupa hasil sawah ataupun ladang yang berlimpah.

Menjadi tradisi bagi masyarakat Dayak secara turun temurun mengucapkan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Bersyukur agar mulai menanam sampai panennya padi tidak diganggu penyakit.

"Kita wajib mensyukuri dan berterima kasih. Kalau kita tidak mensyukuri, pasti Tuhan Jubata menganggap kita sebagai manusia yang murka,“ kata Gubernur Kalbar, Cornelis, pada pembukaan Upacara Naik Dango XXIX di Kecamatan Anjungan, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat, baru-baru ini.

Upacara Naik Dango selain ungkapan rasa syukur kepada Sang Jubata, juga salah satu budaya dari nenek moyang yang perlu dilestarikan. Budaya merupakan identitas diri, dan dengan budaya manusia menjadi beradab serta berbudaya.

Dalam konteks sejarah, kehidupan masyarakat Dayak tidak bisa dilepaskan dari upacara Naik Dango walaupun lain daerah lain sebutannya. Pasalnya, sejak dahulu mereka sudah menyadari adanya Sang Pencipta, yaitu Jubata (Tuhan Yang Maha Esa), sebagai Penguasa Alam Raya, yang memberikan kesempurnaan hidup masyarakat Dayak. Meski sederhana, tradisi ini memiliki filosofi sangat tinggi dan dalam, serta salah satu kearifan lokal masyarakat Dayak yang masih bertahan hingga kini.

"Walau sudah mengalami proses beratus tahun, tetap tidak musnah dimakan oleh zaman. Yang terpenting, ajang Naik Dango sebagai media dalam kita menjalin rasa silaturahmi sesamanya, saling tegur sapa sehingga membuat keakraban dan kebersamaan serta persudaraan, “ jelasnya.

Cornelis juga mengingatkan bahwa upacara Naik Dango sepatutnya tidak dinodai dengan hal-hal yang bertentangan dengan agama, seperti perjudian, minuman keras, dan narkoba. "Karena semuanya dapat merusak tatanan kehidupan bagi generasi penerus bangsa,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Kabupaten Pontianak, Gusti Ramlana, memberikan apresiasi dan dukungan kepada masyarakat Dayak karena telah bekerja keras sehingga terlaksana kegiatan Naik Dango setiap tahunnya. "Kegiatan ini merupakan ajang budaya perekat rasa kebersamaan dan persaudaraan, yang memiliki nilai sangat tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara,“ ungkap Ramlan.

Upacara Naik Dango ke XXIX kali ini menampilkan berbagai kegiatan pertandingan tradisional yang diikuti se-kabupaten di Pontianak, seperti Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Landak. (travel.okezone.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar