"Kalau masalah miras nggak banyak, tidak menonjol," kata Sekretaris Umum PW-PII Bali Fatimah Azzahra yang dipanggil Zira kepada Republika di Denpasar, Kamis (27/3).
Zira mengatakan, dalam setiap training atau pelatihan yang digelar PII, ada materi yang mengeksplorasi masalah apa yang dihadapi setiap peserta pelatihan.
Dari apa yang diungkapkan oleh peserta pelatihan dalam lembar jawaban jelas Zira, tidak ada yang menyebutkan kalau mereka bermasalah karena minuman keras.
Di Bali, peredaran miras punya tempat atau lingkungan sendiri, terutama di desa-desa dengan tuak atau miras tradisional.
Sehingga kata Zira, mereka yang hidup di kota, sulit menemukan miras, terkecuali mereka dengan sengaja mencarinya ke warung-warung yang menyediakan minuman keras. "Kalau di kota jarang, kebanyakan di desa-desa," katanya.
Selain di desa, peredaran miras banyak ditemui di kawasan pariwisata, yang tidak mudah didapatkan para pelajar atau remaja dan pemuda muslim, karena harganya mahal. Daya beli mereka tidak akan bisa menjangkau minuan haram tersebut. (www.republika.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar