13 Mei 2014

Rehabilitasi dan Pencegahan, Indikator Sukses BNN

Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Anang Iskandar
Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Anang Iskandar (sumber: ANTARA FOTO)

Indikator keberhasilan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam menjalankan tugasnya sebagai sektor utama Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) adalah semakin meningkatnya para penyalah guna yang direhabilitasi dan meluasnya penolakan masyarakat terhadap narkoba.
Jika para penyalah guna sudah berbondong-bondong direhabilitasi dan masyarakat turut mencegah meluasnya peredaran dan penyalahgunaan narkoba maka upaya memberantas para bandar akan semakin mudah. Dengan menyembuhkan para penyalah guna akan membuat bandar narkoba yang telah kehilangan pasar gulung tikar dan meninggalkan profesi ilegalnya.
"Kalau pencegahan dan rehabilitasi sukses, tidak perlu lagi ada pemberantasan," kata Kepala BNN Komjen Pol Anang Iskandar saat melepas para pejabat BNN yang memasuki masa purna bakti, di Gedung BNN, Jakarta Timur, Senin (12/5).
Menurut Anang, tugas merehabilitasi penyalah guna dan mencegah adanya korban penyalah guna narkoba yang baru ini merupakan upaya bersama pihaknya tanpa melihat struktur. Dikatakan, setiap bagian di BNN, BNN Kota, dan BNN Provinsi untuk berupaya keras merehabilitasi para penyalah guna narkoba dan mencegah tidak adanya penyalah guna yang baru.
"Kalau para pengguna sudah berbondong-bondong ingin sembuh dan direhabilitasi di rumah sakit atau instansi penerima wajib lapor tugas kita sudah benar. Ini tidak hanya menjadi tugas satu deputi tapi juga seluruhnya termasuk BNNP dan BNNK. Ini indikasi yang belum ada dalam parameter sebelumnya," jelasnya.
Anang menyadari merehabilitasi penyalah guna ketimbang menyeret mereka ke penjara merupakan kebijakan yang memutar arah dari upaya yang dilakukan BNN sebelumnya. Menurutnya, kebijakan ini, termasuk pencanangan tahun 2014 sebagai tahun penyelamatan penyalah guna harus dilakukan untuk mencapai taget Indonesia bebas narkoba pada 2015 yang saat ini masih jauh dari harapan.
"Padahal itu diputuskan susah payah. Kalau pencegahan dan rehabilitasi tidak berjalan dengan baik atau tidak bisa mengimbangi dan menekan jadinya seperti sekarang. Itulah mengapa 2014 sebagai tahun penyelamatan. Saya sadar kebijakan ini U turn atau memutar balik dari sebelumnya," jelasnya.
Tak hanya kepada seluruh bagian struktural BNN, Anang berharap upaya merehabilitasi para penyalah guna dan mencegah semakin banyaknya penyalah guna juga dilakukan oleh para pejabat BNN yang memasuki masa purna bakti. Menurutnya, jika para pejabat yang purna bakti meresapi tugas dan fungsinya, dipastikan setelah pensiun akan terus berjuang untuk merehabilitasi penyalah guna dan mencegah P4GN.
"Para pejabat yang meresapi tugas kalau sudah pensiun juga akan menjadi pejuang rehabilitasi dan pencegahan. Hati kita harus pada pencegahan dan rehabilitasi. Jika konsisten maka 11 tahun lagi kita akan berhasil," harapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Sulistiyono, mantan Inspektorat Utama BNN yang mewakili para pejabat purna bakti mengatakan, program rehabilitasi yang digaungkan BNN sangat logis, dan memiliki hitung-hitungan yang jelas. Jika rehabilitasi dijalankan secara konsisten, Sulistiyono berharap permasalahan narkoba di Indonesia dapat diselesaikan secepatnya.
"Kami juga menyarankan agar BNNP dan BNNK berperan aktif dalam bidang pencegahan dan rehabilitasi karena bahaya narkoba telah merambah ke pedesaan," katanya.
Sulistiyono menambahkan, saat ini kesadaran masyarakat akan bahaya narkoba masih cukup rendah. Untuk itu diperlukan sosialisasi dan pemahaman yang lebih luas lagi.
"Museum narkoba yang didirikan di Sulawesi Utara sangat penting untuk memberi gambaran pada masyarakat mengenai bahaya narkoba," jelasnya.(www.beritasatu.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar