26 Mei 2014

Sejarah Bir Di Indonesia

Bicara bir tentu akan menimbulkan prokontra yang tidak berkesudahan untuk dibahas. Namun kali ini mari kesampingkan sebentar perbedaan visi tentang bir di Indonesia. Kita tengok sebentar bagaimana sih bir bisa berada di Indonesia mengingat bir bukanlah minuman yang berasal dari negeri kita.

Tercatat dalam sejarah penemuan bir tercetak pada artefak berusia 6.000 tahun dari bangsa Sumeria dan catatan kuno berusia 7.000 tahun di Iran. Penemuan ini menuju pada kesimpulan bahwa mungkin orang Afrika, Mesir, Ibrani, dan Cina juga telah mampu membuat bir ribuan tahun yang lalu. Bahkan para sejarawan percaya bahwa manusia nomaden pada masa prasejarah mungkin telah menemukan bir bahkan sebelum roti ditemukan. Selain itu, para arkeolog juga menemukan bukti bir dalam wadah berusia 7.000 tahun yang ditemukan di Pegunungan Zagros, Iran barat.

Kebanyakan orang jaman dahulu menganggap bir sebagai minuman ilahi. Bir merupakan salah satu yang dibawa dalam kapal Nabi Nuh AS. Bir disebut “cerevisia” oleh orang Romawi yang merupakan pemberian dewi pertanian, Ceres. Raja Hammurabi bahkan menetapkan hukum bahwa jatah bir yang lebih besar harus disediakan untuk pendeta dan golongan kelas atas.

Terciptanya bir sejak dahulu kala tentu bukan tanpa manfaat kendati bir mengandung alkohol yang dilarang untuk dikonsumsi oleh umat agama Islam. Minuman berfermentasi ini sejak tercipta pertama kali memang dikonsumsi bertujuan untuk menghangatkan badan. Dianggap minuman dewa yang mampu menjaga suhu tubuh tetap hangat dicuaca dingin yang ekstrim. Saking berharganya beberapa suku bangsa seperti Babilonia, Mesir dan Eropa memakai bir sebagai alat pembayaran dan hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja.

Lantas bagaimana di Indonesia? Penduduk Indonesia mengenal bir pertama kali ketika diperkenalkan oleh penjajah Belanda yang mendirikan NV Nederlands Indische Bierbrouwerijen dan mulai memproduksi bir di Surabaya pada November 1931. Pabrik bir inilah yang kemudian menghasilkan brand bir paling populer di Indonesia hingga saat ini, Bir Bintang. Diperkuat dengan sejarah perdagangan di Indonesia dengan bangsa lain yang memakai sistem barter barang. Sekalipun tidak resmi dan bukan komoditi utama kala itu, bir tetap menjadi barang pertukaran di kalangan pedagang internasional yang dipakai sebagai alat pembayaran. Tukar menukar barang yang notabene salah satunya bir menjadikan minuman tertua ini lekas menyebar di Indonesia. Akhirnya penjajah Belanda yang juga sudah mengenal bir sejak lama di negaranya memastikan bir berkembang di Indonesia melalui pabrik bir ciptaannya. (id.openrice.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar