9 Juni 2014

Arak Jowo, Miras Favorit Sejak Zaman Si Mbah

Arak Jowo, Miras Favorit Sejak Zaman Si Mbah
Kepolisian Resor Madiun Kota berhasil membekuk pemasok minuman keras (miras) dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, Kamis, (2/2). Miras jenis arak Jawa ini dikirim dari Sukoharjo, Jawa Tengah, ke sebuah rumah di Jalan Raden Wijaya, Kota Madiun. TEMPO/Ishomuddin

Di Madiun, Arjo sangat populer. Nama itu mengacu pada Arak Jowo, minuman keras jenis arak yang sudah puluhan tahun jadi pilihan untuk membuat teler penikmatnya di bekas wilayah keresidenan Madiun.


Tidak ada yang tahu kapan awal produksi Arjo. "Sejak zaman mbah-mbah dulu sudah ada," kata Suwarno, warga Kabupaten Ngawi, Rabu, 15 Januari 2014. Dia mengatakan arjo yang dikonsumsi warga setempat merupakan hasil produksi sejumlah warga di Ngawi.


Beberapa desa di wilayah tersebut dikenal sebagai penghasil arjo. Namun, pria berusia 58 tahun ini keberatan jika nama-nama desa pengolah miras ditulis secara detail di media massa. "Takut mengganggu pencaharian warga," katanya.


Kendati demikian, pria yang juga penikmat arjo ini bersedia mengantarkan Tempo ke lokasi produksi arjo. Miras jenis ini ternyata berbahan baku tetes tebu alias molases.


Proses pembuatannya sederhana. Produk sisa dari proses pembuatan gula ini direndam dengan air selama tujuh hari. Bahan kemudian dimasukkan ke dalam tong untuk disuling. Bagian bawah dari tong tersebut dibakar dengan kayu. Satu tong ditempatkan di satu pawon (dapur yang terbuat dari tanah liat), " kata seorang pengrajin yang menolak ditulis namanya.


Karena temperatur panas yang tinggi, tetes tebu mulai menguap. Uap itu disalurkan ke gentong melalui pipa yang terbuat dari bambu. Beberapa waktu kemudian, cairan bening yang disebut arak mulai menetes ke dari genthong melalui selang kecil. "Di bawah gentong dikasih ember untuk menampung arak yang sudah jadi, " kata perempuan paruh baya tersebut.


Menurut dia, penyulingan satu tong berisi 30 liter tetes tebu tanpa campuran air membutuhkan sekitar 12 jam. Hasil penyulingan itu berupa 10 liter arak.
Sebelum dijual, arjo dimasukkan di bak penampungan untuk didinginkan. Lalu, disaring dengan arang. "Setelah disaring baru siap dijual," ujarnya. Alat pengukuran kadar alkohol milik perempuan itu menunjukkan kadar alkohol di arjo buatannya berkisar di 30 persen, sekitar 6 kali lebih kuat ketimbang bir. (Sumber: http://www.yiela.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar