7 Oktober 2014

Di Jakarta, rehabilitasi narkoba gratis menjaring banyak peminat

Penjangkauan selama sebulan membantu ribuan pecandu dan membantu mencegah masalah sosial yang lebih banyak.


Lebih besar
Polisi di Jakarta dan Badan Narkotika Nasional (BNN) baru-baru ini meningkatkan upaya untuk memerangi kecanduan terhadap narkoba. Spanduk bulan Juni di depan kantor polisi seperti di Gatot Subroto mengatakan pecandu yang menyerahkan diri ke polisi tidak dituntut dan justru dikirim ke rehabilitasi secara gratis.
  • Polisi memamerkan satu ton ganja senilai $237.000, yang disita selama operasi di Jakarta pada tanggal 13 Maret. Dalam kemitraan dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), Polda Metro Jaya menawarkan rehabilitasi gratis untuk pecandu narkoba selama bulan Juni. [Adek Berry/AFP].
    Polisi memamerkan satu ton ganja senilai $237.000, yang disita selama operasi di Jakarta pada tanggal 13 Maret. Dalam kemitraan dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), Polda Metro Jaya menawarkan rehabilitasi gratis untuk pecandu narkoba selama bulan Juni. [Adek Berry/AFP].


"BNN memudahkan bagi pecandu narkoba yang ingin berhenti, tetapi tidak tahu bagaimana melakukannya. Mereka dapat mendaftarkan diri di kantor Polri di (Metro Jaya) untuk ikut serta dalam program rehabilitasi yang dikelola oleh BNN," kata juru bicara Polda Metro Jaya Rikwanto kepada Khabar Southeast Asia.

Sekitar 150 orang menjawab tawaran ini setiap hari, termasuk mereka yang pergi langsung ke klinik kesehatan, menurut Direktur BNN Partisipasi Masyarakat, Siswandi. Program ini tersedia dari tanggal 1 sampai 30 Juni.
Upaya ini - yang merupakan bagian dari Bulan Kepedulian Narkotika - mendapatkan dukungan masyarakat luas.
"Ribuan orang berpartisipasi dalam program ini. Mereka terlibat dalam berbagai kampanye untuk memberi tahu orang-orang bahwa narkoba itu tidak berguna," kata warga Jakarta yang berusia 34 tahun, Yeyet Mardiono. "Ini adalah program yang sangat positif yang dapat membantu mengurangi jumlah pecandu narkoba di Indonesia."
Melebihi kapasitas
Namun, upaya untuk membantu pecandu agar pulih sangat terhambat oleh kurangnya fasilitas. Ada sekitar 4 juta pecandu narkoba di Indonesia, jauh di atas kapasitas BNN, menurut kepala BNN Anang Iskandar.
"BNN sejauh ini memiliki empat tempat rehabilitasi, di Jawa Barat, Makassar, Samarinda, dan Riau," kata Anang kepada Khabar. "Sejauh ini kami hanya memiliki kapasitas 2.000 orang dan sisanya masih tergantung pada perawatan di rumah sakit."
Hanya 18.000 pecandu telah menerima perawatan di pusat rehabilitasi, menurut Siswandi. "Kita perlu lebih banyak upaya untuk membantu dengan jumlah ini," katanya. "Rehabilitasi tentu lebih baik daripada penjara."
Mantan pecandu desak kaum muda untuk berhenti
Fredolin Deda, seorang mahasiswa berusia 21 tahun dari Nusa Tenggara Timur, mengatakan ia berada di panti rehabilitasi di Bandung selama dua bulan.
"Tempat rehabilitasi melatih Anda untuk fokus pada kegiatan sosial. Ada juga guru dan pemimpin agama untuk membantu," katanya kepada Khabar. "Menjadi pecandu itu tidak menyenangkan. Kecanduan dapat mengubah Anda menjadi orang yang berbeda."
Fredo, yang sekarang bebas narkoba, berkata bahwa dia akan mendorong kaum muda untuk menjauhi narkoba.
"Saya mulai bermain musik lagi. Saya telah bermain selama bertahun-tahun. Musik menyembuhkan jiwa saya dan mengembalikan semangat saya. Oleh karena itu, saya mendorong semua generasi muda Indonesia untuk melakukan sesuatu yang Anda sukai, nikmati, dan hargai. Hal itu akan membuat Anda merasa berbeda," katanya.
Di kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Medan, dan Surabaya, banyak kaum muda yang membutuhkan bantuan sementara mereka berjuang untuk sembuh. Fredo mengatakan dia berharap banyak dari mereka akan memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh BNN dan polisi.
Iman dapat membantu
Agus Subekti, seorang ulama yang menghabiskan sebagian besar waktunya di Masjid Al-Istiqlal di Jakarta, juga memuji inisiatif ini.
"Upaya ini menyiratkan bahwa pemerintah kita telah bekerja secara intensif untuk menindak keras kecanduan kaum muda terhadap narkoba," katanya kepada Khabar.
Agus mengatakan bahwa pengaruh lingkungan menyebabkan kecanduan, dan menyarankan bahwa pemerintah menjangkau melalui pendidikan dan lembaga keagamaan.
"Sangat penting untuk mencari tahu apa yang hilang dalam kehidupan kaum muda kita. Mungkin mereka hanya perlu semangat yang baik untuk bebas dari narkoba," katanya.
"Sebagai Muslim yang baik, kita harus membantu mereka menghadapi situasi yang sulit dalam hidup mereka," katanya.(http://khabarsoutheastasia.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar