23 Agustus 2015

Hindari Miras

Perlahan, dampak negatif minuman keras (Miras) mulai terlihat. Kasus terbaru dan bikin heboh publik, tewasnya 11 warga di Kecamatan Parindu, Kabupaten Sanggau secara bersamaan akibat menenggak Miras jenis arak yang diduga telah tercampur zat beracun.
Minuman jenis arak sendiri cukup familiar di kalangan masyarakat. Itu karena keberadaannya yang gampang dicari. Lagi pula, harga jualnya relatif terjangkau. Dengan begitu, tidaklah sulit bagi para pecandu alkohol untuk mengonsumsi arak.
Kasus tewasnya warga akibat menenggak arak kontan menghentak publik, mengingat kasus serupa jarang terjadi. Tak ayal, publik kini lebih waspada terhadap berbagai jenis Miras, termasuk arak.
Tak dapat dipungkiri, budaya masyarakat lokal yang menjunjung tinggi nilai adat memang tak lepas dari minuman beralkohol. Namun, minuman khas masyarakat adat—khususnya di Sekadau—adalah tuak. Meskipun merupakan minuman tradisional, namun tuak tak serta-merta mudah ditemukan.
Masyarakat lokal umumnya hanya memproduksi tuak menjelang momen-momen tertentu, seperti prosesi pernikahan ataupun gawai padi seperti saat ini. Pada prosesi adat sekalipun, konsumsi tuak tidak melulu berlebihan.
Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Sekadau, Rupinus mengakui tuak merupakan minuman tradisional khas masyarakat Sekadau, khususnya masyarakat Dayak. Tuak tak dapat dipisahkan dari prosesi adat.
“Namun, walaupun budaya kita begitu, bukan berarti harus dikonsumsi secara berlebihan. Tuak kan hanya sebagai pelengkap saja, jadi pola konsumsinya pun secukupnya, jangan berlebih-lebihan,” ujar Rupinus, kemarin.
Untuk tuak, kemungkinan pengoplosan oleh oknum tak bertanggungjawab relatif kecil. Beda halnya dengan arak. Minuman jenis arak relatif mudah diproduksi dan dicampur berbagai jenis cairan maupun zat tertentu. Arak yang dikonsumsi 11 warga di Kecamatan Parindu diduga telah tercampur zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan, hingga menyebabkan penenggaknya meninggal dalam waktu yang tak begitu lama.
“Saya dapat katakan arak bukan bagian dari budaya kita, yang budaya kita itu tuak. Jadi, mengonsumsi arak sangat tidak dianjurkan, bahkan kalau bisa dihindari lah. Kalau tidak bisa dihilangkan, minimal kurangi,” tutur Rupinus.
Sebetulnya, minuman beralkohol jenis apapun memiliki dampak negatif untuk kesehatan. Itu mengapa Rupinus menyarankan agar sedapat mungkin menjauhi minuman beralkohol, jika bukan untuk keperluan tertentu seperti prosesi adat.
“Belum lagi efek lain. Misalnya kalau terlalu banyak minum, terus mabuk, kemudian jatuh dari motor seperti peristiwa di Belitang Hulu kemarin. Banyak efek negatifnya, sebaiknya dihindari lah kalau tidak perlu,” pesan Rupinus.
Tak hanya itu, minuman beralkohol jenis tertentu juga tidak dibenarkan secara hukum. “Kalau urusan hukumnya biar pihak kepolisian yang melarang, kalau dilarang ya aturan harus ditaati. Kita sifatnya mengimbau saja supaya masyarakat mengerti,” pungkas wakil bupati Sekadau ini.
sumber: http://rkonline.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar