Beberapa hari lalu seorang teman saya yang tinggal di kecamatan tetangga, menelpon saya, mengabarkan terdapat 3 orang pemuda yang berpesta minuman keras (Miras), mati.
Menurut teman saya itu, ketiga pemuda konyol itu sebelum mati, sempat muntah darah. Meski sudah diberikan pertolongan oleh pihak Puskesmas, satu persatu dari mereka mati.
Sungguh mengenaskan. Mati dalam kondisi tak wajar. Mereka diketahui melakukan pesta Miras itu di sebuah tempat lokalisasi PSK pula.
Selain diperkirakan terlalu banyak menenggak Miras, juga terdapat kemungkinan Miras tersebut mereka campur dengan cairan berbahaya untuk menimbulkan efek trance usai menenggak Miras.
Mengetahui kondisi demikian, ingatan saya melayang ke puluhan tahun lalu saat masih duduk di SMA. Seorang teman saya yang drop out sekolah karena broken home dan broken heart, juga kedapatan mati di pelataran rumahnya. Seorang temannya yang selamat dari maut setelah menenggak Miras pada malam itu, menceritakan bahwa mereka menenggak Miras jenis whisky yang dioplos dengan obat untuk pengeriting rambut merk Lanolin.
Satu persatu ingatan saya pun melayang kepada peristiwa yang sama, seolah frame foto yang menari di benak saya.
Dan masih pada puluhan tahun lalu pula, saya sempat menaksikan 2 orang yang mati di Puskesmas karena usai menenggak Miras. Seorang teman mereka pula yang selamat karena menolak ikut, menceritakan bahwa kedua temannya yang mati itu karena meminum cairan spiritus yang dicampur air tape.
Ada-ada saja, sungguh mereka menantang maut. Tampaknya mereka mau menyaingi lampu petromaks yang biasa menggunakan cairan spiritus untuk membantu agar menyala.
Berita tentang orang-orang yang mati karena menenggak Miras, apalagi oplosan, memang bukan berita menghebohkan lagi. Namun para "dewa mabuk" itu tampaknya tak pernah gentar dan surut melanjutkan kebiasaan mereka, walaupun sudah banyak jatuh korban.
Untuk mabuk dengan modal kecil, merupakan pilihan bagi para pemabuk itu untuk melakukan kebiasaan (boleh juga disebut hobi), meski dengan menantang maut, meminum Miras yang dibuat sendiri dengan rumus campuran yang kira-kira agar bisa mendapatkan efek mabuk dan trance.
Yang saya ketahui dan lihat adalah, para pemabuk itu mencampur larutan alkohol berkadar 90 persen, yang biasa digunakan untuk keperluan paramedis di Puskesmas atau Rumah Sakit buat membasuh luka, atau mensterilkan peralatan medis; oleh para pemabuk itu dicampur dengan air putih yang ditambahkan dengan serbuk energy drink seperti Extra Jos maupun Kuku Bima Energy dan sejenisnya, ditenggak secara beramai-ramai. Modal untuk mabuk itu cukup murah, dengan duit Rp 10 ribu, sudah bisa mabuk, dibandingkan membeli sebotol Miras asli produk pabrik yang harganya berkali-kali lipat.
Saya jadi teringat syair lagu dari Rhoma Irama; jalan untuk ke neraka itu teramat mahal. Namun walaupun mahal, tapi banyak yang suka. Terrible. (http://www.kompasiana.com/).
Menurut teman saya itu, ketiga pemuda konyol itu sebelum mati, sempat muntah darah. Meski sudah diberikan pertolongan oleh pihak Puskesmas, satu persatu dari mereka mati.
Sungguh mengenaskan. Mati dalam kondisi tak wajar. Mereka diketahui melakukan pesta Miras itu di sebuah tempat lokalisasi PSK pula.
Selain diperkirakan terlalu banyak menenggak Miras, juga terdapat kemungkinan Miras tersebut mereka campur dengan cairan berbahaya untuk menimbulkan efek trance usai menenggak Miras.
Mengetahui kondisi demikian, ingatan saya melayang ke puluhan tahun lalu saat masih duduk di SMA. Seorang teman saya yang drop out sekolah karena broken home dan broken heart, juga kedapatan mati di pelataran rumahnya. Seorang temannya yang selamat dari maut setelah menenggak Miras pada malam itu, menceritakan bahwa mereka menenggak Miras jenis whisky yang dioplos dengan obat untuk pengeriting rambut merk Lanolin.
Satu persatu ingatan saya pun melayang kepada peristiwa yang sama, seolah frame foto yang menari di benak saya.
Dan masih pada puluhan tahun lalu pula, saya sempat menaksikan 2 orang yang mati di Puskesmas karena usai menenggak Miras. Seorang teman mereka pula yang selamat karena menolak ikut, menceritakan bahwa kedua temannya yang mati itu karena meminum cairan spiritus yang dicampur air tape.
Ada-ada saja, sungguh mereka menantang maut. Tampaknya mereka mau menyaingi lampu petromaks yang biasa menggunakan cairan spiritus untuk membantu agar menyala.
Berita tentang orang-orang yang mati karena menenggak Miras, apalagi oplosan, memang bukan berita menghebohkan lagi. Namun para "dewa mabuk" itu tampaknya tak pernah gentar dan surut melanjutkan kebiasaan mereka, walaupun sudah banyak jatuh korban.
Untuk mabuk dengan modal kecil, merupakan pilihan bagi para pemabuk itu untuk melakukan kebiasaan (boleh juga disebut hobi), meski dengan menantang maut, meminum Miras yang dibuat sendiri dengan rumus campuran yang kira-kira agar bisa mendapatkan efek mabuk dan trance.
Yang saya ketahui dan lihat adalah, para pemabuk itu mencampur larutan alkohol berkadar 90 persen, yang biasa digunakan untuk keperluan paramedis di Puskesmas atau Rumah Sakit buat membasuh luka, atau mensterilkan peralatan medis; oleh para pemabuk itu dicampur dengan air putih yang ditambahkan dengan serbuk energy drink seperti Extra Jos maupun Kuku Bima Energy dan sejenisnya, ditenggak secara beramai-ramai. Modal untuk mabuk itu cukup murah, dengan duit Rp 10 ribu, sudah bisa mabuk, dibandingkan membeli sebotol Miras asli produk pabrik yang harganya berkali-kali lipat.
Saya jadi teringat syair lagu dari Rhoma Irama; jalan untuk ke neraka itu teramat mahal. Namun walaupun mahal, tapi banyak yang suka. Terrible. (http://www.kompasiana.com/).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar