NET
ILUSTRASI
Betapa sulit melepaskan pengaruh ketergantungan narkoba yang begitu kuat. Junaid Noor (41), mantan pengguna narkoba jenis sabu, tahu betul rasanya.
Bahkan, dia pernah mengalami kondisi sakau yang tak tertahankan. Hingga emosinya tak terkontrol, cenderung marah-marah, lalu kecapekan sendiri.
Junaidi mengonsumsi sabu selama enam tahun sejak 2004. Berawal dari pergaulan tidak sehat di lingkungan kerja yang dilakoninya hingga sekarang.
Dia tercatat sebagai karyawan di perusahaan yang menawarkan produk kesehatan di Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
"Biasanya, saya pulang kerja langsung nongkrong sama teman-teman. Dari kebiasaan nongkrong ini, teman saya menawarkan sabu," ujarnya menceritakan awal perkenalannya dengan barang haram itu.
Junaidi pun mulai mengonsumsi sabu yang ditawarkan temannya, lantas ketagihan. Sehari, dia bisa mengonsumsi sabu 3-4 kali. Harga sabu berkisar Rp 2 juta per gram. Paling murah, dia merogoh uang Rp 500 ribu untuk mendapatkan sabu.
"Saat itu, rasanya sakit kalau tiba-tiba berhenti mengonsumsi sabu," ungkap Junaidi.
Awalnya, sang istri tidak mengetahui kalau dia mengonsumsi narkoba. Selang dua tahun kemudian, istrinya mulai mencurigai perubahan perilaku suaminya yang ganjil.
"Kalau lagi sakau, saya langsung marah-marah. Tapi, istri sudah memaklumi saat kondisi saya seperti itu. Dia hanya mendiamkan saya," tutur ayah tiga anak.
Gaji Junaidi pun cepat habis hanya untuk memuaskan keinginannya memperoleh sabu. Dia berutang ke sana-sini, hingga sepeda motor istrinya pun dijual.
Acapkali sang istri protes, namun dia tak pernah menggubrisnya. Suatu kali, sang istri pernah berniat bunuh diri dengan memotong urat nadi tangannya menggunakan sebilah pisau.
Junaidi yang melihat kejadian itu, segera merebut pisau dari tangan istrinya. Pisau itu sempat mengiris tangan istrinya hingga mengeluarkan darah, beruntung tidak mengenai nadinya.
Namun, peristiwa itu tidak serta-merta langsung menyadarkan dia. Hingga kemudian, buah hatinya paling kecil yang berusia 11 tahun, menderita sakit sampai berujung pada kematian.
Namun, peristiwa itu tidak serta-merta langsung menyadarkan dia. Hingga kemudian, buah hatinya paling kecil yang berusia 11 tahun, menderita sakit sampai berujung pada kematian.
"Anak saya meninggal tanpa diketahui sebabnya," cetus Junaidi lirih.
Dia mengaku menyesal telah mengabaikan anak-anaknya selama ini. Peristiwa ini melecut dirinya untuk berhenti mengonsumsi narkoba.
Junaidi pun mulai menata diri. Baginya tak mudah langsung melepaskan diri dari jerat sabu. Dia harus mengurangi sedikit-sedikit konsumsi sabunya.
Dari awalnya 3-4 kali dalam sehari, dia membatasinya hingga sekali dalam seminggu. Hingga kemudian, dia akhirnya terbebas dari narkoba sejak 2010 sampai sekarang.
Satu tips penting lagi, dia menghindari nongrong dengan teman-temannya sepulang kerja, agar tak tergoda lagi untuk mengonsumsi barang haram itu. Sejak 2010, Junaidi berhenti total mengonsumsi sabu.
Junaid dikarunia anak lagi yang kini berusia 1,5 tahun. Dia mengaku hidupnya lebih bahagia dikelilingi keluarga tercinta. Keberhasilan Junaidi terbebas dari jerat narkoba menjadikan dia duta narkoba dari Polres Kukar. (www.tribunnews.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar