6 Agustus 2014

Segelas Tuak Berbayar Nyawa



Jenazah Lamsihar Nainggolan Saat Berada Di Rumah Sakit Umum Daerah Pematangsiantar. (Foto: Rivay Bakkara)
Cekcok mulut akibat segelas tuak (minuman keras dari sadapan buah aren), berujung pembunuhan. Selasa (05/08/2014) sekitar pukul 20.00 WIB. Satu nyawa melayang di sebuah warung di Dusun Dolok Parsaoran, Desa Dolok Tomuan, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Lamsihar Nainggolan (55) warga Dusun Parlombuan, Desa Palia Naopat, Kecamatan Dolok Panribuan, meregang nyawa di warung tuak milik seorang bermarga Sinaga. Korban tewas setelah menerima luka tikam di beberapa bagian tubuhnya. Ia ditikam oleh Anto Siahaan (21) yang diduga sakit hati kepada korban.

Sejauh ini informasi kejadian tersebut berawal saat Lamsihar minum tuak bersama saudaranya di warung tuak sekitar pukul 19.30 WIB Anto datang, namun saat itu tuak sudah habis. Melihat Anto yang tidak kebagian tuak saudara Lamsihar pun memberinya satu gelas tuak dari tuak yang sudah dibelinya.  Setelah minum, Anto minta segelas lagi karena merasa kurang. Namun, Lamsihar tidak terima dengan keadaan tersebut dan langsung mengambil gelas kaca berisikan tuak yang sebelumnya diperuntukan buat Anto.

Lamsihar juga beberapa kali menampar Anto dan memicu cekcok mulut. Sakit hati, Anto yang tidak terima perbuatan Lamsihar langsung pergi meninggalkan warung dan kembali ke rumahnya. Ternyata Anto mengambil sebilah pisau sepanjang 10 centimeter dan kembali lagi ke warung tersebut. Setibanya di warung, Anto sempat terjatuh ditendang salah seorang pengunjung warung. Namun saat itu keadaan sedang terjadi  pemadaman listrik oleh PLN. Penerangan seadanya membuat Lamsihar tidak bisa menghindar.

"Pelaku sempat ditendang warga hingga terjatuh ke bawah meja, terus dari bawah meja ia langsung menuju keberadaan korban dan menghujamkan pisau yang ia pegang ke bagian tubuh korban hingga korban tak berdaya," ucap Kapolsek Dolok Panribuan AKP Yusuf Surbakti kepada wartawan.

Ia juga menjelaskan, setelah melakukan aksinya Anto langsung pergi ke rumahnya dan setelah menceritakan kejadian yang baru ia lakukan, pihak keluarga langsung menyerahkan Anto ke Polsek Tiga Dolok.

Sementara istri korban, boru Gultom mengatakan suaminya pergi meninggalkan rumah sejak pukul 16.00 WIB dan sudah menjadi kebiasaan suaminya pergi ke warung tuak. "Aku gak tahu bagaimana ceritanya, jam 16.00 WIB, ku lihat. Dia masih mengasah pisau. Dia gak ada ada permisi pergi, tiba-tiba malamnya aku dikabari kalau dia sudah mati," ujar wanita yang memiliki 7 orang anak ini.

Masih menurut istri korban,  sudah kebiasaan jika suaminya memang tidak pernah permisi ketika pergi dari rumahnya. Ia mengaku, menemukan suaminya yang berprofesi setiap harinya sebagai petani itu dalam kondisi tegelatak bersimbah darah yang menjadi tontonan oleh beberapa warga di sekitar lokasi kejadian.

Pangulu Palia Naopat Haloman Siallagan, membenarkan peristiwa tersebut. Dikatakannya, saat peristiwa tersebut terjadi, di Nagori mereka sedang padam listrik. Menurutnya, peristiwa pembunuhan tersebut, terjadi karena korban sakit hati kepada pelaku yang sempat memarahi korban di Warung Tuak pada malam tersebut.

Saat ini korban telah dibawa ke unit forensik dan instalasi jenazah Rumah Sakit Umum Daerah Pematangsiantar guna kepentingan otopsi.Sementara pelaku masih menjalani pemeriksaan di polsek Tiga Dolok. [http://city.seruu.com/]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar