18 Desember 2014
Pemabuk di Solo sudah biasa minum alkohol 70 persen
Di Kota Solo dan sekitar sangat mudah mendapatkan minuman keras (miras) dengan kadar alkohol tinggi. Pasalnya di sejumlah desa di Kecamatan Mojolaban, seperti desa Pranan, Bekonang terdapat home industry alkohol. Di Desa yang terletak hanya 10 kilometer selatan Kota Solo tersebut masyarakat bisa secara bebas mendapatkan ciu dengan harga sangat murah.
Pemabuk di Solo dan sekitarnya, bisanya mencampur ciu dengan, bir, suplemen penambah stamina, big colla. Namun yang oplosan menjadi favorit adalah campuran, ciu, big colla dan minuman penambah stamina.
"Kalau sudah itu mas, rasanya 'fly' seperti terbang. Cepet naiknya mas, jadi lupa punya utang," ujar Bowo, pria yang sehari-hari mengaku selalu mabuk, saat ditemui merdeka.com.
Selain itu, kata dia, minum oplosan itu, mabuknya juga lebih lama, serta lebih murah. Ia mengaku jika tak mabuk sehari saja rasa badannya pegal-pegal.
"Minum ciu itu murah harganya, belinya juga mudah di sekitar juga banyak. Saya tiap hari minum, terus cari hiburan dangdutan, joget-joget biar mabuknya lebih berasa. Tapi kalau lagi sepi hiburan, ya buat tidur saja," imbuh warga Kecamatan Gatak Sukoharjo, yang mengaku sering mabuk sejak remaja ini.
Sementara itu menurut Antok, warga Baki, mabuk miras apalagi Ciu 70 persen menjadi kebanggan tersendiri. Ia yang mengaku sudah insaf tersebut merasa bangga dan lebih jantan sesudah mabuk.
"Dulu itu malu mas kalau nggak mabuk. Tiap hari diajakin teman-teman kampung. Nek durung mabuk kui durung lanang tenan (kalau belum mabuk belum kelihatan jantan). Lebih hebat lagi kalau berani lawaran (minum ciu 70 persen, tanpa dioplos)," katanya.
Menurut dia, minum miras memang sudah menjadi kebiasaan sebagian pemuda di kampungnya, apalagi saat ada hajatan. Tak hanya kaum muda, usia diatas 50 pun tak jarang yang mengkonsumsi minuman haram itu.
"Kalau yang muda-muda kan minum sambil joget dan nyawer penyanyinya. Kalau yang sudah tua paling cuma duduk saja," jelasnya.
Baik Antok maupun Bowo mengaku lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi miras. Di wilayahnya selama ini belum ada korban yang meninggal akibat menenggak miras.
Kapolres Sukoharjo, Andy Rifai mengakui sulit untuk mengontrol peredaran miras di wilayah hukumnya. Pasalnya di wilayahnya banyak industri rumahan yang memproduksi alkohol. Celakanya, alkohol yang seharusnya digunakan untuk kepentingan yang benar, selalu disalahgunakan olehh warga yang tidak bertanggung jawab.
Namun demikian, ia berjanji tetap berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk memberantas penyakit masyarakat itu. Operasi pekat juga selalu ia galakkan demi terciptanya situasi kamtibmas di Sukoharjo.
"Kita selalu berkomitmen untuk menjaga kamtibmas, dengan menggalakkan operasi pekat. Tentu selalu berkoordinasi dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemerintah daerah," kata Andy belum lama ini. (www.merdeka.com)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar