Pondok Pesantren Al
Islamy merupakan salah satu lembaga yang digandeng Badan Narkoba
Nasional untuk merehabilitasi para pecandu narkotika. Ribuan pecandu
telah berhasil disembuhkan di pesantren yang didirikan pada 1984 itu.
Seperti apa aktivitas pesantren yang mayoritas santrinya pencandu
tersebut.
Nama Pondok Pesantren Al Islamy cukup kondang sebagai salah satu tempat untuk rehabilitasi para pecandu narkotika. Ponpes yang terletak di Pedukuhan Padaan Kulon, Desa Banjarharjo, Kalibawang, Kulonprogo ini sudah berhasil merehabilitasi ribuan pecandu narkotika. Semenjak didirikan pada 1984 silam, pondok ini melakukan pendekatan religi untuk penyembuhan. Disamping itu juga penanganan melalui medis juga dilakukan.
Pondok ini didirikan oleh mualaf, Anastasius Priharsoyo. Kala itu rehabilitasi narkoba baru ada di Suryalaya, Jawa Barat. Karena lokasi cukup jauh, Kementrian Agama kala itu menawarkan fasilitasi pendirian pondok. Dari sinilah Priharsoyo dan istrinya, Pudji Utari magang di Suralaya selama dua bulan.
“Sejak 1984 langsung menangani santri, dan sekarang masih ada 12 santri yang menjalani rehabilitasi,” jelas pengasuh pondok Pudji Utari.
Salah satu terapi yang dilakukan dengan melakukan pendekatan agama, yaitu dengan salat lima waktu, dzikir asmaul husna, dan hafalan lainnya. Setiap hari para pecandu akan diajak untuk salat, dzikir, dan melakukan kegiatan ibadah lainnya.
Khusus Ramadan ini, kegiatan lebih padat. Sejak pagi hari pecandu akan diajak untuk menunaikan salat Subuh kemudian mengikuti pengajian. Di pagi hari, mereka juga diajak untuk menjalankan salat Dhuha. Saat salat Ashar mereka juga akan diajak untuk mengaji, hingga buka bersama dan salat magrib berjamaah. “Malam harinya mereka akan diajak tarawih dan tadarus,” tandasnya.
Diakuinya untuk merawat santri, perlu kesabaran yang luar biasa. Santri yang datang kerap masih mengalami sakau yang berlebihan. Saat itulah pecandu akan diberikan minum susu atau air kelapa. Air kelapa diyakini mamiliki zat yang bisa menawar racun dan kandungan lain. Setiap hari mereka akan diberikan tiga kali air kelapa.
Tidak kalah penting adalah melakukan pendekatan personal. Secara pelan mereka akan diajak untuk bertaubat dan rajin beribadah. Bagi yang telah selesai, mereka tetap akan dipantau dan dilibatkan dalam kegiatan harian. Mulai dari berkebun, mengurus ternak hingga memelihara ikan. “Kita juga bekerjasama dengan BNN, dan setiap tiga tahun sekali akan ditinjau,” jelasnya.
Diakuinya banyak suka duka dalam menangani para pecandu. Ada sebagian yang tidak diurus keluarganya dan menjadi tanggungan yayasan. Namun untuk keluarga yang benar-benar peduli justru akan menjalin hubungan silaturahmi yang kuat. “Senang ada beberapa yang sukses dan menjadi pengusaha, pengacara hingga wiraswasta,” ujarnya.
Salah satu konselor Surianto, mengaku butuh adanya penanganan khusus bagi pecandu narkotika. Salah satu yang dilakukannya dengan penanaman aqidah bagi yang mengalami gangguan jiwa. Mereka uga akan diajak berdzikir melalui terapi dzikir usai salat.
“Kita coba mengembalikan mereka degan terapi dzikir,” jelas guru sebuah SMk di Kabupaten Semarang ini.
Diakuinya tidak mudah dalam mengembalikan kejiwaan mereka. Para pecandu juga butuh orientasi lingkungan agar bisa berbaur dengan masyarakat umum. “Yang paling susah adalah mengembalikan mereka agar bisa diterima keluarga dan asyarakat,” jelasnya.
Salah satu pecandu yang telah sembuh, Madmudi, mengaku kecanduan karena diajak teman-temannya mengkonsumsi pil koplojenis lexotan. Dari sanalah warga Magelang ini kecanduan dan tidak bisa lepas. Hingga akhirnya dia dibawa ke pesantren dan menjalani rehabilitasi. “Pesan saya jangan pernah mencoba, karena sudah mencoba pasti akan ketagihan,” tuturnya. (http://ramadan.okezone.com)
Nama Pondok Pesantren Al Islamy cukup kondang sebagai salah satu tempat untuk rehabilitasi para pecandu narkotika. Ponpes yang terletak di Pedukuhan Padaan Kulon, Desa Banjarharjo, Kalibawang, Kulonprogo ini sudah berhasil merehabilitasi ribuan pecandu narkotika. Semenjak didirikan pada 1984 silam, pondok ini melakukan pendekatan religi untuk penyembuhan. Disamping itu juga penanganan melalui medis juga dilakukan.
Pondok ini didirikan oleh mualaf, Anastasius Priharsoyo. Kala itu rehabilitasi narkoba baru ada di Suryalaya, Jawa Barat. Karena lokasi cukup jauh, Kementrian Agama kala itu menawarkan fasilitasi pendirian pondok. Dari sinilah Priharsoyo dan istrinya, Pudji Utari magang di Suralaya selama dua bulan.
“Sejak 1984 langsung menangani santri, dan sekarang masih ada 12 santri yang menjalani rehabilitasi,” jelas pengasuh pondok Pudji Utari.
Salah satu terapi yang dilakukan dengan melakukan pendekatan agama, yaitu dengan salat lima waktu, dzikir asmaul husna, dan hafalan lainnya. Setiap hari para pecandu akan diajak untuk salat, dzikir, dan melakukan kegiatan ibadah lainnya.
Khusus Ramadan ini, kegiatan lebih padat. Sejak pagi hari pecandu akan diajak untuk menunaikan salat Subuh kemudian mengikuti pengajian. Di pagi hari, mereka juga diajak untuk menjalankan salat Dhuha. Saat salat Ashar mereka juga akan diajak untuk mengaji, hingga buka bersama dan salat magrib berjamaah. “Malam harinya mereka akan diajak tarawih dan tadarus,” tandasnya.
Diakuinya untuk merawat santri, perlu kesabaran yang luar biasa. Santri yang datang kerap masih mengalami sakau yang berlebihan. Saat itulah pecandu akan diberikan minum susu atau air kelapa. Air kelapa diyakini mamiliki zat yang bisa menawar racun dan kandungan lain. Setiap hari mereka akan diberikan tiga kali air kelapa.
Tidak kalah penting adalah melakukan pendekatan personal. Secara pelan mereka akan diajak untuk bertaubat dan rajin beribadah. Bagi yang telah selesai, mereka tetap akan dipantau dan dilibatkan dalam kegiatan harian. Mulai dari berkebun, mengurus ternak hingga memelihara ikan. “Kita juga bekerjasama dengan BNN, dan setiap tiga tahun sekali akan ditinjau,” jelasnya.
Diakuinya banyak suka duka dalam menangani para pecandu. Ada sebagian yang tidak diurus keluarganya dan menjadi tanggungan yayasan. Namun untuk keluarga yang benar-benar peduli justru akan menjalin hubungan silaturahmi yang kuat. “Senang ada beberapa yang sukses dan menjadi pengusaha, pengacara hingga wiraswasta,” ujarnya.
Salah satu konselor Surianto, mengaku butuh adanya penanganan khusus bagi pecandu narkotika. Salah satu yang dilakukannya dengan penanaman aqidah bagi yang mengalami gangguan jiwa. Mereka uga akan diajak berdzikir melalui terapi dzikir usai salat.
“Kita coba mengembalikan mereka degan terapi dzikir,” jelas guru sebuah SMk di Kabupaten Semarang ini.
Diakuinya tidak mudah dalam mengembalikan kejiwaan mereka. Para pecandu juga butuh orientasi lingkungan agar bisa berbaur dengan masyarakat umum. “Yang paling susah adalah mengembalikan mereka agar bisa diterima keluarga dan asyarakat,” jelasnya.
Salah satu pecandu yang telah sembuh, Madmudi, mengaku kecanduan karena diajak teman-temannya mengkonsumsi pil koplojenis lexotan. Dari sanalah warga Magelang ini kecanduan dan tidak bisa lepas. Hingga akhirnya dia dibawa ke pesantren dan menjalani rehabilitasi. “Pesan saya jangan pernah mencoba, karena sudah mencoba pasti akan ketagihan,” tuturnya. (http://ramadan.okezone.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar