* ASAL USUL
Pengendara motor melintas di Jl. Ciu, Pranan, Polokarto, Sukoharjo, Jumat (15/5/2015). (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)
Asal usul ini terkait penamaan jalan di Sukoharjo sebagai Jl. Ciu.
Jl. Ciu yang berada di Sukoharjo selama ini telah dikenal banyak orang, baik di Sukoharjo maupun orang dari luar Sukoharjo.
Jalan itu dimulai dari perempatan ber-traffic light Telukan ke timur sepanjang sekitar 5 km. Yakni meliputi Telukan, Grogol-Pangkalan, Telukan-Pranan, Polokarto-Karangwuni, Polokarto-Ngombakan, Polokarto-Bekonang, Mojolaban.
Lalu bagaimana sejarahnya ciu bisa dijadikan nama jalan tersebut? Untuk diketahui, ciu adalah minuman keras tradisional yang dibuat dari tetes tebu dengan cara disuling. Ciu merupakan produk dari proses pertama dalam pembuatan alkohol.
Warga Dukuh RT 003/RW 001, Pranan, Polokarto, Sukoharjo, Ngadiyono, 66, saat ditemui Solopos.com, Jumat (15/5/2015), menceritakan nama Jl. Ciu ada sejak 1950-an.
Menurut dia Jl. Ciu semula dipopulerkan kenek atau sopir oplet, colt, bemo, dan bus pada masa itu. Mereka menyebut jalan itu saat menaikkan atau menurunkan penumpang bakul alkohol di perempatan Telukan. Para bakul kebanyakan berasal dari Bekonang.
Orang kala itu menyebut alkohol dengan nama ciu karena Bekonang sudah terkenal sebagai penghasil ciu.
“Waktu itu saya masih SR [sekolah rakyat]. Saya masih ingat para bakul membawa ciu dengan digendong dan dipikul,” kata Ngadiyono.
Dia melanjutkan kala itu bakul-bakul berjalan dari Bekonang hingga perempatan Telukan. Ciu-ciu itu sedianya dikirim ke perusahaan jamu atau obat di Soloraya. Mereka berangkat dari perempatan Telukan. Rutinitas itu semakin lama dikenal para kenek/sopir oplet dan sejenisnya.
Sehingga setiap kali mau berhenti di perempatan itu kenek selalu menyebut ciu, ciu, ciu untuk memberitahukan kepada penumpang bahwa telah sampai di perempatan Telukan. Seiring berjalannya waktu masyarakat menyebut jalan yang dilalui para bakul alkohol itu sebagai Jl. Ciu.
“Orang Solo, Klaten, Boyolali, apalagi Sukoharjo semuanya tahu Jl. Ciu. Barang kali Jl. Ciu lebih terkenal dari nama jalan lainnya yang biasanya pakai nama pahlawan. Sampai sekarang malah saya tidak tahu nama jalan itu sebenarnya jalan apa,” imbuh Ngadiyono.
Perangkat Desa Pranan lainnya, Kawit, 49, mengatakan Jl. Ciu merupakan jalan kabupaten. Nama Jl. Ciu sudah telanjur mendarah daging di masyarakat, sehingga nama jalan itu sulit diubah.
Berdasar informasi yang dia dapat otoritas desa/kecamatan sekitar Jl. Ciu pernah mewacanakan memberi nama jalan itu dengan nama lain. Pasalnya nama Ciu dinilai sebagai hal yang negatif.
“Walau secara resmi akan diberi nama lain, saya yakin masyarakat tetap menyebut jalan itu sebagai Jl. Ciu,” kata Kawit. (http://www.solopos.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar