Metanol
adalah zat kimia yang jelas-jelas tidak layak dikonsumsi. Sayangnya
kandungan zat tersebut justru banyak dikonsumsi para pecandu miras
oplosan. Dibandingkan dengan kandungan etanol murni ( alcohol) yang
hanya sekitar 0,2 persen, miras oplosan satu ini justru mengandung
metanol lebih tinggi yakni sebesar 40-60 persen.
Dr. Ummi
Maimunah, SpPD-KGEH dari Divisi Gastroentero-Hepatologi FKUA/ RSUD dr.
Soetomo Surabaya menyayangkan hal tersebut. Mengonsumsi zat metanol
untuk minuman akan berdampak buruk bagi kesehatan. Metanol sebenarnya
tidak dipakai untuk minuman dan hanya digunakan untuk industri, yang
lebih dikenal dengan nama spiritus. Metanol sangat membahayakan tubuh.
Jika kadarnya berlebihan akan berdampak semakin toksik ( racun).
Berbeda
dengan kadar alkohol pada minuman lainnya seperti whisky ataupun vodka
yang sudah jelas persentase alcoholnya (etanol). Tergantung dari
produsen pengoplosnya, maka pada miras oplosan tidak bisa ditentukan
berapa persen kandungan pasti alkohol maupun zat metanol yang dioplos
didalamnya. Pada miras oplosan yang ada, kandungan etanolnya sangat
rendah dan metanolnya sangat tinggi bahkan bisa melebihi 50%.
Dijelaskan,
mengonsumsi metanol dapat mengakibatkan terjadinya serangan akut di
seluruh organ manusia. Metanol yang masuk ke pembuluh darah akan
menyerang berbagai organ tubuh sampai ke saraf mata. Membuat reflex
penglihatan berkurang dan semakin progresif hingga akhirnya dapat
mengakibatkan kebutaan. Sementara itu kerja jantung menjadi lebih keras
dan cepat, lambung mengalami iritasi dan berdarah, gagal ginjal dan hati
serta keracunan pada otak hingga berujung kematian.
“
Dampak dari mengonsumsi alkohol (etanol) tidak sebegitu parah
dibandingkan dengan mengonsumsi metanol. Jangan coba-coba mengonsumsi
metanol, karena sedikit saja sudah sangat berbahaya” katanya.
Dijelaskan,
sebelum benar-benar berakibat toksik bagi yang mengonsumsinya. Di
dalam hati ( liver), metanol yang masuk kedalam tubuh akan dioksidasi
menjadi formaldehid (formalin) dengan bantuan enzim alcohol
dehydrogenase. Selanjutnya, formaldehid dimetabolisir menjadi asam
format oleh enzim formaldehid dehidrogenase dalam waktu 1-2 menit
sehingga produk formaldehid tidak sempat menumpuk.
Asam
format inilah yang menjadi racun dalam tubuh. Dibutuhkan waktu cukup
lama yakni sekitar 1-2 hari untuk perubahan asam format menjadi karbon
dioksida dan air dengan bantuan tetrahydrofolat dalam hati sebagai upaya
detoksifikasi untuk pengeluaran racun dari tubuh. Artinya, proses
keracunan akibat kadar methanol justru terjadi pada rentang waktu yang
sangat singkat dalam hitungan menit selama proses perubahan metanol
sampai menjadi asam format.
Jadi
lamanya zat toksik asam format berada dalam tubuh tergantung dari
kecepatan pembentukan asam format dalam tubuh dan kemampuan hati untuk
mendetoksifikasinya.
“
Proses metabolisme tercepat adalah pada saat pembentukan metanol sampai
menjadi asam format . Justru rentan-nya disitu, jika sampai terjadi
penumpukan asam format itu yang berbahaya, ” jelasnya.
Setelah
metanol masuk dalam tubuh, maka tubuh akan mengalami 4 fase-fase
toksik: Fase pertama: terjadi penekanan sistem saraf pusat yang timbul
dalam waktu 30 menit sampai 2 jam pertama.
Fase
kedua adalah fase laten mengikuti depresi sistem saraf pusat:
pengonsumsi cukrik tidak merasakan keluhan atau gejala apapun. Ini yang
seringkali menjadi ciri khas keracunan cukrik. Pengonsumsi merasa belum
menunjukkan tanda-tanda keracunan, namun setelah dua hari berikutnya
efek itu baru terasa.
Fase
ketiga terjadi asidosis metabolik berat: pada fase ini metanol telah
dimetabolisir menjadi asam format sehingga menyebabkan metabolik
asidosis (meningkatnya keasaman darah), yang dapat menyebabkan mual,
muntah, pusing, dan mulai terjadi tanda-tanda gangguan penglihatan.
Fase
keempat adalah toksisitas pada mata, diikuti dengan kebutaan, koma, dan
bisa berujung kematian: pengonsumsi mulai mengalami gangguan di
sejumlah organ. Seperti merasakan gangguan penglihatan, sesak, dan
gangguan fungsi organ lainnya. “Karena tidak merasakan keluhan apa-apa
setelah minum, akibatnya seringkali pasien keracunan cukrik baru
dilarikan kerumah sakit setelah diketahui kondisinya yang sudah berat
ini,” katanya.
Oleh
sebab itu, dalam penanganan awal pasien keracunan metanol, dengan
memberikan antidote dari metanol yaitu etanol atau fomepizole. Namun
antidote yang terakhir ini sangat mahal dan sulit didapatkan. Etanol
sebagai competitive inhibitor memiliki afinitas (kemampuan mengikat)
enzim alkohol dehidrogenase 10-20 kali lebih kuat dari pada metanol,
sehingga menghambat penguraian dari metanol, sehingga mengurangi
pembentukan asam format sebagai hasil metabolisme toksik dari metanol.
Namun,
jika kondisi pasien sudah terlanjur melewati fase laten, umumnya
pemberian etanol tidak terlalu berefek pada proses detoksifikasi karena
telah terjadi proses perubahan formaldehid menjadi asam format.“ Kalau
sudah melewati fase laten, sedangkan asam format terlanjur menumpuk
dalam darah maka harus dilakukan cuci darah,” katanya.
Seperti Minum Spirtus
Sementara
itu, cukrik dinilai memiliki kadar alkohol yang menyamai spirtus.
Tingginya kandungan tersebut diduga dapat merusak struktur otak hingga
berakibat pada kematian dalam waktu singkat.
Kepala
Bidang Pelayanan Medis RSUD Dr Soetomo, dr Joni Wahyuhadi mengatakan,
semakin tinggi kandungan alkohol dalam miras, maka semakin berbahaya
untuk dikonsumsi. Cukrik sendiri diindikasi memiliki kadar metanol di
atas 40 persen."Kalau setinggi itu, hanya tinggal tunggu hitungan jam.
Itu sama saja mengonsumsi spirtus," katanya.
Dia
mengatakan, alkohol dengan angka tersebut diduga dapat merusak struktur
otak hingga berakibat pada kematian. Kecenderungan pasien yang
mengalami kecelakaan akibat minuman keras di RSUD Dr Soetomo mencapai 30
– 40 persen per hari dari jumlah pasien yang ada.
Seperti
diketahui, Metanol adalah salah satu bahan kimia berbahaya yang
belakangan marak dioplos menjadi minuman keras, dapat mengakibatkan
multiorgan failure (gagal multiorgan) yang berujung pada kematian. Namun
pengonsumsi miras oplosan yang selamat dari maut sangat mungkin
mengalami gangguan penglihatan hingga kebutaan.
Seperti
diketahui, Metanol dikenal juga sebagai metil alkohol, wood alkohol,
atau spiritus. Metanol ini merupakan bentuk alkohol paling sederhana
berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah
terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan dari
pada etanol).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar